.

.

MEKANISME PEMBENTUKAN KERABANG TELUR

Written By Unknown on Saturday, January 3, 2015 | Saturday, January 03, 2015

             Pembentukan Kerabang dimulai dari istimus kira-kira 4,5 jam setelah ovulasi dan berakhir 1,5jam sebelum peneluran. Lapisan pertama yang dideposisikan adalah membran kerabang tipis bagian telur dan inti mamiler.
            Mineralisasi dari kalsium karbonat dilakukan didalam uterus pada 10 jam setelah ovulasi, kemudian secara cepat terbentuklah  cone yang bersama-sama dengan yang berbentuk silindris dan mengandung lapisan pali-sadik. Kalsium dideposisikan sebanyak 0,33 mg/jam selama 10-23jam setelah ovulasi, dan ovulasi berikutnya terjadi 30 menit setelah peneluran. Akhirnya, klasifikasi terhenti setelah CaCO3 dalam bentuk kristalin. Kutikula dibentuk 1,5 jam sebelum peneluran.

            Sebelum terjadi klasifikasi kerabang telur, kalsium (Ca) tidak disimpan dalam uterus, tetapi terdapat dalam plasma darah dalam bentuk ion kalsium. Deposisi Ca plasma darah dalam kerabang telur ini terjadi sangat cepat terutama pada saat mineralisasi kerabang telur, yaitu 2 g Ca yang setara dengan komsumsi total kalsium plasmatic setiap 12 menit. Mobilisasi kalsium dari tulang meduler  terjadi apabila kekurangan kalsium  dalam pakan. Ayam mampu memobilisasikan kalsium sebanyak 58%  dari tulang meduler dibawah kontrol dari control estrogen dan testoteron. Saat terjadi absorpsi kalsium, permukaan sel tulang meduler mengembang 9 kali. Namun, dengan adanya aktivitas osteoblastik, maka rekonstruksi tulang meduler akan terjadi kembali sehingga tetap menjadi tulang yang kompak.
            Kandungan kalsium pakan memegang peranan penting pada proses  klasifikasi kerabang telur .Peningkatan sekresi asam dan air melalui proventrikulus meningkatkan solubilitas kalsium karbonat pakan dan meningkatkan retensi kalsium intestinum selama kalsifikasi kerabang telur. Kapasitas absorpsi kalsium meningkat enam kali pada ayam dewasa. Penetrasi kalsium pada uterus bersifat aktif. Transfer kalsium berasosiasi dengan sintesis protein sitosolik; calbindin (calcium binding protein) merupakan afinitas dari sintesis ini. Calbindin ditemukan dalam glandula tubuler yang menjadi terjadinya transport kalsium bersama dengan kehadiran enzim Ca-ATP-ase diuterus.  Enzi ini merupakan  fasilitator dalam absorpsi kalsium dalam cairan uterus.
            Jika dalam proses pembentukan telur terjadi gangguan, yaitu tedapat tahapan yang tak berlangsung sebagaimana mestinya, maka telur yang dihasilkan menjadi tidak normal. Misalnya, kerabang telur keriput, telur berlumuran darah, kerabang lunak, telur tanpa kerabang, telur dengan dua kuning telur, telur tanpa kuning telur, dan sebagainya.
a.      Kerabang Telur Keriput
Peristiwa ini terjadi karena adanya gangguan dalam penambahan zat penyusun, sehingga lapisannya melipat. Adapun penyebab utamanya adalah karena ayam terserang IB, atau karena terjadi tekanan pada telur dalam uterus pada saat berlangsungnya penambahan kalsium.
b.      Telur Berlumuran Darah
Hal ini terjadi karena alat reproduksi ayam (kloaka) mengalami pendarahan, akibat ayam gemuk pada saat mulai bertelur.
c.       Telur Tanpa Kerabang
Kondisi semacam ini terjadi karena kerabang telur tipis, sehingga bentuk telurpun berubah. Adapun yang menjadi penyebab utamanya adalah karena ayam belum siap untuk bertelur, ransum kekurangan kalsium, atau ayam terserang IB.
d.      Telur dengan Dua Kuning Telur
Hal ini terjadi karena sel telur yang dilepaskan pada saat ovulasi (pelepasan sel telur) kedalam ininfundibulum, berjumlah dua buah atau lebih dan terjadi secara besama-sama. Sementara, proses pembentukan telur berlangsung terus.
e.       Telur Tanpa Kuning Telur
Hal ini terjadi karena pada saat ayam terkejut atau stress, disekresikan cairan putih yang kemudian dibungkus dengan bahan pembentuk kerabang seperti halnya terjadi pada pembentukan telur yang normal. Telur ini berukuran kecil tanpa kuning telur, yang oleh para peternak dikatakan sebagai telur ayam jantan.
 
 
 BERAPA LAMA PROSES MULAI DARI TELUR DILEPAS SAMPAI MENJADI TELUR
 

Anak ayam akan menetas dari telur mereka sekitar 21 hari sejak telur-telur tersebut berada dalam masa inkubasi atau pengeraman. Pengeraman untuk telur-telur ini bisa menggunakan mesin penetas maupun dengan pengerman alami oleh induknya.
Dengan mesin inkubator atau mesin penetas telur proses penetasan lebih mudah untuk dipantau. Namun jika menggunakan cara penetasan alami, pemantaun perkembangan embrio di dalam telur ini memang agak lebih sulit dipantau. Induk ayam akan mengerami telur-telur tersebut hingga 21 hari. Hanya saja proses ini kelihatannya terasa lebih lama jika di bandingkan dengan penetasan menggunakan mesin penetas. Karena pada awalnya induk ayam hanya sebentar sebentar seperti mengerami telurnya, tetapi sebenarnya dia belum benar-benar mengerami telur tersebut.
Lamanya proses pembentukan telur Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Adapun proses pembentukan telur yaitu dimulai dari pembentukan Kuning telur yakni fase pertama ini Kuning telur mengalami perkembangan dalam ovarium selama 10 hari, sesudah itu dilepaskan (diovulasikan). Selanjutnya fase kedua yaitu pembentukan Lapisan Putih Telur dan Chalaza dimana pada fase ini Kuning telur tinggal dalam magnum ini selama 2 jam 45 menit. Fase ketiga Pembentukan Putih Telur Tipis dari isthmus telur bergerak menuju lapisan uterus dan terakhir pembentukan Cangkang Telur yaitu telur di dalam uterus tinggal selama 20 jam 45 menit. Lama telur berada dalm oviduct adalah + 25 jam. Jadi lamanya pembentukan telur sejak awal pertumbuhan ova dalam ovarium adalah + 11 hari 2 jam (Anonim, 2010).
Selanjutnya proses Pengeluran Telur (Oviposisi). Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.
 
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kampus_peternakan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger