Pembentukan
Kerabang dimulai dari istimus kira-kira 4,5 jam setelah ovulasi dan berakhir
1,5jam sebelum peneluran. Lapisan pertama yang dideposisikan adalah membran
kerabang tipis bagian telur dan inti mamiler.
Mineralisasi dari kalsium karbonat
dilakukan didalam uterus pada 10 jam setelah ovulasi, kemudian secara cepat
terbentuklah cone yang bersama-sama dengan yang berbentuk silindris dan
mengandung lapisan pali-sadik. Kalsium dideposisikan sebanyak 0,33 mg/jam
selama 10-23jam setelah ovulasi, dan ovulasi berikutnya terjadi 30 menit
setelah peneluran. Akhirnya, klasifikasi terhenti setelah CaCO3
dalam bentuk kristalin. Kutikula dibentuk 1,5 jam sebelum peneluran.
Sebelum terjadi klasifikasi kerabang
telur, kalsium (Ca) tidak disimpan dalam uterus, tetapi terdapat dalam plasma
darah dalam bentuk ion kalsium. Deposisi Ca plasma darah dalam kerabang telur
ini terjadi sangat cepat terutama pada saat mineralisasi kerabang telur, yaitu
2 g Ca yang setara dengan komsumsi total kalsium plasmatic setiap 12 menit.
Mobilisasi kalsium dari tulang meduler
terjadi apabila kekurangan kalsium
dalam pakan. Ayam mampu memobilisasikan kalsium sebanyak 58% dari tulang meduler dibawah kontrol dari
control estrogen dan testoteron. Saat terjadi absorpsi kalsium, permukaan sel
tulang meduler mengembang 9 kali. Namun, dengan adanya aktivitas osteoblastik,
maka rekonstruksi tulang meduler akan terjadi kembali sehingga tetap menjadi
tulang yang kompak.
Kandungan kalsium pakan memegang
peranan penting pada proses klasifikasi
kerabang telur .Peningkatan sekresi asam dan air melalui proventrikulus
meningkatkan solubilitas kalsium karbonat pakan dan meningkatkan retensi
kalsium intestinum selama kalsifikasi kerabang telur. Kapasitas absorpsi
kalsium meningkat enam kali pada ayam dewasa. Penetrasi kalsium pada uterus
bersifat aktif. Transfer kalsium berasosiasi dengan sintesis protein sitosolik;
calbindin (calcium binding protein) merupakan afinitas dari sintesis ini.
Calbindin ditemukan dalam glandula tubuler yang menjadi terjadinya transport
kalsium bersama dengan kehadiran enzim Ca-ATP-ase diuterus. Enzi ini
merupakan fasilitator dalam absorpsi
kalsium dalam cairan uterus.
Jika dalam proses pembentukan telur
terjadi gangguan, yaitu tedapat tahapan yang tak berlangsung sebagaimana
mestinya, maka telur yang dihasilkan menjadi tidak normal. Misalnya, kerabang
telur keriput, telur berlumuran darah, kerabang lunak, telur tanpa kerabang,
telur dengan dua kuning telur, telur tanpa kuning telur, dan sebagainya.
a.
Kerabang
Telur Keriput
Peristiwa ini terjadi karena adanya gangguan dalam
penambahan zat penyusun, sehingga lapisannya melipat. Adapun penyebab utamanya
adalah karena ayam terserang IB, atau karena terjadi tekanan pada telur dalam
uterus pada saat berlangsungnya penambahan kalsium.
b.
Telur
Berlumuran Darah
Hal ini terjadi karena alat reproduksi ayam (kloaka)
mengalami pendarahan, akibat ayam gemuk pada saat mulai bertelur.
c.
Telur
Tanpa Kerabang
Kondisi semacam ini terjadi karena kerabang telur
tipis, sehingga bentuk telurpun berubah. Adapun yang menjadi penyebab utamanya
adalah karena ayam belum siap untuk bertelur, ransum kekurangan kalsium, atau
ayam terserang IB.
d.
Telur
dengan Dua Kuning Telur
Hal ini terjadi karena sel telur yang dilepaskan
pada saat ovulasi (pelepasan sel telur) kedalam ininfundibulum, berjumlah dua
buah atau lebih dan terjadi secara besama-sama. Sementara, proses pembentukan
telur berlangsung terus.
e.
Telur
Tanpa Kuning Telur
Hal ini terjadi karena pada saat ayam terkejut atau
stress, disekresikan cairan putih yang kemudian dibungkus dengan bahan
pembentuk kerabang seperti halnya terjadi pada pembentukan telur yang normal.
Telur ini berukuran kecil tanpa kuning telur, yang oleh para peternak dikatakan
sebagai telur ayam jantan.
BERAPA
LAMA PROSES MULAI DARI TELUR DILEPAS SAMPAI MENJADI TELUR
Anak ayam akan menetas dari telur mereka sekitar 21 hari
sejak telur-telur tersebut berada dalam masa inkubasi atau pengeraman.
Pengeraman untuk telur-telur ini bisa menggunakan mesin penetas maupun dengan
pengerman alami oleh induknya.
Dengan mesin inkubator atau mesin penetas telur proses
penetasan lebih mudah untuk dipantau. Namun jika menggunakan cara penetasan
alami, pemantaun perkembangan embrio di dalam telur ini memang agak lebih sulit
dipantau. Induk ayam akan mengerami telur-telur tersebut hingga 21 hari. Hanya
saja proses ini kelihatannya terasa lebih lama jika di bandingkan dengan
penetasan menggunakan mesin penetas. Karena pada awalnya induk ayam hanya
sebentar sebentar seperti mengerami telurnya, tetapi sebenarnya dia belum
benar-benar mengerami telur tersebut.
Lamanya
proses pembentukan telur Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur
17-18 minggu. Adapun proses pembentukan telur yaitu dimulai dari pembentukan
Kuning telur yakni fase pertama ini Kuning telur mengalami perkembangan dalam
ovarium selama 10 hari, sesudah itu dilepaskan (diovulasikan). Selanjutnya fase
kedua yaitu pembentukan Lapisan Putih Telur dan Chalaza dimana pada fase ini
Kuning telur tinggal dalam magnum ini selama 2 jam 45 menit. Fase ketiga
Pembentukan Putih Telur Tipis dari isthmus telur bergerak menuju lapisan uterus
dan terakhir pembentukan Cangkang Telur yaitu telur di dalam uterus tinggal
selama 20 jam 45 menit. Lama telur berada dalm oviduct adalah + 25 jam. Jadi
lamanya pembentukan telur sejak awal pertumbuhan ova dalam ovarium adalah + 11
hari 2 jam (Anonim, 2010).
Selanjutnya
proses Pengeluran Telur (Oviposisi). Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian
tumpul terlebih dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian
besar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak
diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum
dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180
derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal
terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi
antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih lanjut
menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga merangsang dan
meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari
mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.
0 komentar:
Post a Comment