.

.

MASA LAKTASI

Written By Unknown on Monday, November 17, 2014 | Monday, November 17, 2014

MASA LAKTASIMasa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak. Kira-kira setengah jam setelah melhirkan, produksi susu sudah keluar. Saat itulah disebut masa laktasi dimulai. Namun, sampai dengan 4-5 hari pertama produksi susu tersebut masih berupa colustrum yang tidak boleh dikonsumsi manusia. Tetapi colustrum tersebut khusus untuk pedet, karena kandungan zat-zatnya sangat sesuai untuk pertumbuhan dan kehidupan awal.Masa laktasi dimulai sejak sapi tiu berproduksi sampai masa kering tiba. Dengan demikian, masa laktasi berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari, setelah dikurangi hari-hari untuk berproduksi colustrum.
Dengan demikian semasa laktasi yang berlangsung 309 hari diawali dengan produksi colustrum 4-5 hari, sehingga produksi susu biasa berlangsung selama 305 hari. Akan tetapi produksi susu dawali dengan volume yang relative rendah, kemudian sedikit demi sedikit meningkat sampai bulan kedua, dan mencapai puncaknya pada bulan ketiga. Selanjutnya setelah melewati bulan ketiga produksi mulai menurun sampai masa kering. Menurunnya produksi air susu dalam masa laktasi ini akan diikuti dengan peningkatan kadar lemak di dalam air susu. Dilihat dari segi produksi susu, seekor sapi perah dapat dianggap mencapai kedewasaan produksi kira-kira umur lima tahun. Antara periode 5 s/d 10 tahun, volume produksi susu dalam suatu masa laktasi tidak banyak mengalami perbedaan yang mencolok. Pada periode tersebut produksi susu tertinggi dicapai pada saat sapi telah mencapai umur 7-8 tahun. Setelah sapi mencapai umur 10 tahun, produksi susu mulai berkurang, bahkan kadang-kadang diikuti adanya kesulitan-kesulitan dalam melahirkan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan generasi pengganti sebagai usaha untuk peremajaan.

Kembali ke BERANDA
Tingkat Produksi susu
Seekor sapi akan menghasilkan sejumlah besar susu selama hidupnya . Keturunan tertentu menghasilkan lebih banyak susu daripada yang lain , namun keturunan yang berbeda menghasilkan dalam jarak sekitar 6.800 sampai 17.000 kg ( 15.000 sampai £ 37.500 ) susu per laktasi . Rata-rata untuk sapi perah tunggal di Amerika Serikat pada tahun 2007 adalah 9.164,4 kg ( £ 20.204 ) per tahun , termasuk susu yang dikonsumsi oleh betisnya . , [ 2 ] sedangkan nilai rata-rata yang sama untuk seekor sapi di Israel adalah 12.240 kg pada tahun 2009 . [ 18 ]
Tingkat produksi puncak pada sekitar 40 sampai 60 hari setelah melahirkan . [ 19 ] sapi tersebut kemudian dibesarkan . Produksi menurun terus setelah itu, sampai , sekitar 305 hari setelah calving , sapi adalah ' mengeringkan ' , dan memerah susu berhenti . Sekitar enam puluh hari kemudian , satu tahun setelah kelahiran anak sapi sebelumnya , sapi akan melahirkan anak lagi. Sapi produksi yang tinggi lebih sulit untuk berkembang biak pada interval satu tahun . Banyak peternakan mengambil pandangan bahwa 13 atau bahkan 14 bulan siklus yang lebih tepat untuk jenis sapi .
Sapi perah dapat terus secara ekonomi produktif bagi banyak lactations . Dalam kebanyakan kasus , 10 lactations yang mungkin . Kemungkinan masalah yang timbul yang dapat menyebabkan sapi yang diambil tinggi , namun; kehidupan kawanan rata-rata US Holstein saat ini kurang dari 3 lactations . Hal ini memerlukan penggantian ternak lagi yang bisa dipelihara atau dibeli . Lebih dari 90 % dari semua sapi yang diambil selama 4 alasan utama :
1. Infertilitas - Kegagalan untuk hamil dan mengurangi produksi susu .
Sapi adalah pada mereka yang paling subur antara 60 dan 80 hari setelah melahirkan . Sapi yang tersisa "terbuka " ( tidak dengan betis ) setelah periode ini menjadi semakin sulit untuk berkembang biak , yang mungkin disebabkan oleh kesehatan yang buruk . Kegagalan untuk mengusir tembuni dari kehamilan sebelumnya , kista luteal , atau metritis , infeksi rahim , adalah penyebab umum dari ketidaksuburan.
2. Mastitis - infeksi kelenjar susu persisten dan berpotensi fatal , yang menyebabkan jumlah sel somatik yang tinggi dan hilangnya produksi .
Mastitis diakui oleh kemerahan dan pembengkakan pada kuartal yang terinfeksi dari ambing dan adanya gumpalan putih atau nanah dalam susu . Pengobatan mungkin dengan antibiotik long-acting tetapi susu dari sapi tersebut tidak dipasarkan sampai residu obat telah meninggalkan sistem sapi , juga disebut periode penarikan .
3. Kepincangan - infeksi kaki atau kaki masalah terus-menerus menyebabkan infertilitas dan hilangnya produksi .
Tingkat pakan tinggi karbohidrat menyebabkan kondisi asam sangat mudah dicerna dalam rumen sapi . Hal ini menyebabkan Laminitis dan ketimpangan berikutnya , meninggalkan sapi rentan terhadap infeksi kaki yang lain dan masalah yang dapat diperburuk dengan berdiri di feses atau daerah direndam air .
4. Produksi - beberapa hewan gagal untuk menghasilkan tingkat ekonomi susu untuk membenarkan biaya pakan mereka . Produksi di bawah 12 sampai 15 liter susu per hari tidak ekonomis .
Sapi umur panjang sangat berkorelasi dengan tingkat produksi . [ 20 ] sapi produksi rendah hidup lebih lama daripada sapi produksi yang tinggi , tetapi mungkin kurang menguntungkan . Sapi tidak lagi ingin untuk produksi susu dikirim ke pembantaian . Daging mereka adalah nilai yang relatif rendah dan umumnya digunakan untuk daging olahan . Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah stres yang sapi dihadapkan . Psikolog di University of Leicester , Inggris , menganalisis preferensi musik dari susu sapi dan menemukan bahwa musik benar-benar mempengaruhi laktasi sapi perah itu . Musik yang menenangkan dapat meningkatkan produksi susu , mungkin karena mengurangi stres dan melemaskan sapi dalam banyak cara yang sama seperti manusia rileks
kembali ke BERANDA


Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal yang mutlak. Susu yang dikonsumsi manusia umumnya berasal dari susu sapi karena produksinya dapat melebihi kebutuhan anaknya. Sapi perah merupakan komoditi peternakan yang memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan. Hal tersebut didasarkan pada tingginya kebutuhan susu di kalangan masyarakat Indonesia.
Performa produksi susu merupakan perpaduan dari ragam genetik dan lingkungan. Ragam genetik terdiri dari ragam genetik aditif, dominan, dan epistasis, sedangkan ragam lingkungan terdiri dari ragam lingkungan temporer dan ragam lingkungan permanen. Kemampuan sapi yang bervariasi dalam memproduksi susu merupakan karakteristik dari keturunan dan ini berbeda pula di antara bangsa dan individu (Ensminger dan Tyler, 2006).
UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP & HMT) Cikole, Lembang merupakan instansi negara yang didirikan untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia, khususnya Jawa Barat melalui perbaikan genetik sapi perah, pengembangan bibit, perbaikan tata laksana pemeliharaan, dan perbaikan tata laksana pemberian pakan. Interval pemerahan yang dilakukan di BPT-SP & HMT Cikole yaitu 10:14. Pemerahan pagi dilakukan pada pukul 04.00 WIB dan pemerahan siang dilakukan pada pukul 14.00 WIB. Produksi susu yang dihasikan berbeda karena selang waktu pemerahannya berbeda meskipun manajemen pemeliharaan dan pemerahannya sama. Hasil produksi susu tersebut dicatat menggunakan catatan Test Day yang terdiri dari catatan produksi susu pagi, siang hari, dan total. Pada pendugaan produksi susu yang menggunakan catatan Test Day diperlukan kurva produksi susu.
Pembuatan kurva produksi susu pagi dan siang hari akan menggambarkan kemampuan produksi susu kedua waktu tersebut. Persamaan penduga produksi susu yang sering digunakan oleh para peneliti adalah model kurva Ali-Schacffer, kurva Wilmink, dan kurva Gamma. Namun, penelitian ini akan menggunakan kurva persamaan Ali-Schaeffer untuk membuat kedua kurva produksi susu tersebut. Hal ini didasarkan kepada beberapa hasil Model Kurva Produksi dan korelasi penelitian kurva produksi susu yang telah banyak menggunakan kurva Ali-Schaeffer, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Indrijani dan Anang (2009).
Hasilnya


Kurva Produksi Susu Pada Pemerahan Pagi dan Siang Pada Periode Laktasi I
Secara umum bentuk kurva produksi susu akan naik mulai dari saat setelah beranak menuju puncak produksi pada awal laktasi yang kemudian berangsur-angsur turun sampai akhir laktasi. Bentuk kurva produksi susu dapat diduga dengan menggunakan persamaan kurva Ali-Schaeffer yang datanya berasal dari rataan data sebenarnya.



Ilustrasi 1. Kurva Produksi Susu Pada Pemerahan Pagi Hari Periode Laktasi I
Tabel 1. Perbandingan Produksi Susu Pada Pemerahan Pagi Hari Test Day Periode Laktasi I
Test DayTest Day sebenarnyaKurva Ali SchaefferSelisih
(liter)(liter)
15,505,490,01
25,765,810,05
35,975,900,07
45,755,740,01
55,395,450,06
65,145,090,05
74,624,710,09
84,394,350,04
94,134,040,09
103,723,790,07
113,643,620,02
123,543,550,01
Tabel 2. Perbandingan Produksi Susu Pada Pemerahan Siang Hari Test Day Periode Laktasi I
Test DayTest Day sebenarnyaKurva Ali SchaefferSelisih
(liter)(liter)
13,783,770,01
23,944,020,08
34,063,930,13
43,723,730,01
53,423,490,07
63,253,230,02
72,942,990,05
82,772,760,01
92,632,570,06
102,412,410,00
112,262,280,02
122,192,190,00
kembali ke BERANDA

Pada ilustrasi 1 dan 2 menunjukan bahwa kurva produksi susu pagi hari lebih tinggi produksi susunya daripada siang hari. Hal ini disebabkan karena interval pemerahan pagi hari lebih lama daripada siang hari. Apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu akan lebih banyak pada interval yang lebih lama (McKusick, et al. 2002). Sebaiknya BPT-SP & HMT CIkole Lembang menggunakan interval pemerahan 12:12 karena pada pemerahan dua kali, interval pemerahan 12:12 memproduksi susu lebih tinggi dibandingkan dengan interval pemerahan 10:14 (Makin, 2011 ; Schmidt, 1971). Selain faktor interval pemerahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi susu pada pagi dan siang hari, diantaranya pakan, temperatur, dan lingkungan sekitar.
Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi produksi sapi perah karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah laku ternak. Produksi air susu dan konsumsi makanan secara otomatis direduksi dalam usaha mengurangi produksi panas tubuh. Penurunan nafsu makan menyebabkan produksi air susu direduksi. Stres panas merupakan faktor yang sangat berpengaruh tinggi terhadap produksi susu terutama pada saat puncak produksi (Makin, 2011; McDowell, 1972; Purwanto, 1993; Yani dan Purwanto, 2006).
Cekaman panas yang diterima oleh sapi FH sebenarnya dapat direduksi oleh angin dengan kecepatan tertentu. Cekaman panas juga dapat direduksi dengan menurunkan suhu tubuh sapi FH melalui penyemprotan air dingin ke seluruh permukaan tubuh (Shibata, 1996; Yani & Purwanto, 2006). Pendinginan air pada tubuh sapi perah pada keadaan tidak nyaman meningkatkan efisiensi produksi susu lebih baik dibandingkan tanpa penyemprotan (Tasripin, et al., 1995). Pada pagi hari sapi FH di balai tersebut dimandikan, sedangkan pada siang hari sapi tidak dimandikan hanya dibersihkan kotorannya. Oleh karena itu, pada siang hari sapi-sapi yang akan diperah perlu dimandikan untuk menurunkan suhu tubuhnya.
Keadaan lingkungan sekitar kandang yang tenang membuat sapi merasa nyaman dan tenang. Pada malam hari lingkungan sekitar kandang sunyi karena tidak ada aktifitas di sekitar lingkungan kandang. Hal ini berbeda dengan siang hari yang dipengaruhi oleh aktifitas bising di sekitarnya yang dapat mengganggu ketenangan sapi laktasi. Akibatnya sapi bisa merasakan stres pada siang hari di samping stres panas, sehingga pemanfaatan energi digunakan untuk mengurangi beban stres tersebut. Namun, pada malam hari sapi cenderung.
Korelasi antara Produksi Susu Pemerahan Pagi dan Siang
Hasil penelitian dari 325 catatan produksi susu pada laktasi I di BPT-SP & HMT Cikole Lembang menunjukan rata-rata produksi susu pagi sebesar 4,80±0,90 liter, sedangkan siang hari 3,12±0,67 liter. Jika dibuat dalam persentase, jumlah produksi susu pagi adalah 60,62%, sedangkan siang hari 39,38%. Hal ini sesuai dengan pernyataan McKusick, et al. (2002) apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu akan lebih banyak pada interval yang lebih lama.
Hasil perhitungan nilai korelasi antara produksi susu pagi dan siang hari menunjukan keeratan hubungan yang sangat tinggi yaitu -0,99. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, manajemen pemeliharaan, pemerahan, dan pemberian pakan yang sama dapat mempengaruhi keeratan hubungan tersebut. Akan tetapi, meskipun memiliki keeratan yang sangat tinggi, korelasi tersebut bernilai negatif. Artinya peningkatan jumlah produksi susu waktu pertama tidak diikuti dengan peningkatan pada waktu berikutnya. 

BERANDA
Share this article :

4 komentar:

  1. thanks gan infonya sangat berguna sekali

    ReplyDelete
  2. Permainan Togel Online Paling Aman dan Terpercaya..
    Dapatkan Angka Jitu Dengan Bermain Bersama Kami..Diskon Hingga 65% Bos!!

    Info prediksi togel SGP juga ada...
    dari mbah yang berpengalaman

    Hubungi Segera:
    WA: 087785425244
    Cs 24 Jam Online

    ReplyDelete



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kampus_peternakan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger