.

.

laporan praktikum fisiologi ternak (acara 1)

Written By Unknown on Monday, March 2, 2015 | Monday, March 02, 2015


PENDAHULUAN

Ilmu Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata kerja dari berbagai sistem dan peran dari fungsi tubuh keseluruhannya. Ilmu fisiologi ternak secara khusus mempelajari fisiologi dari beberapa ternak, yaitu sapi, ayam, kambing, domba, kelinci, dan jenis burung melalui percobaan status faali, thermoregulasi, saccus pneumaticus, sel darah merah, sistem digesti, pembekuan darah, kadar haemoglobin dalam darah, tekanan darah, dan waktu pendarahan pada manusia.
Percobaan status faali bertujuan untuk mengetahui data-data fisiologi yaitu temperatur rektal, pulsus, dan frekuensi respirasi pada sapi, kambing, domba, kelinci, dan ayam. Percobaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan ternak. Hal tersebut dapat menguntungkan karena semakin dini diketahui kelainan pada seekor ternak maka penanggulangannya akan semakin mudah untuk diatasi.
Selain melalui status faali, berdasarkan jumlah sel darah merah ternak, dapat diketahui kondisi kesehatannya dengan melihat/ mengamati dan mengukur jumlah sel darah merah dan membandingkannya dengan kisaran normal dari jenis ternak tertentu. Praktikum ini juga mempelajari dan mengetahui fungsi-fungsi dari suatu organ tubuh ternak yang penting untuk diketahui. Misalnya adalah sistem digesti yaitu mempelajari organ-organ tubuh ternak yang membantu proses digesti dan kelenjar pencernaan ruminansia dan non ruminansia yang berfungsi dalam sistem pencernaaannya.
Demikianlah sekilas tentang acara praktikum Dasar Fisiologi Ternak, setiap acara akan dijelaskan dan diulas pada bab berikutnya.





                               
ACARA I
STATUS FAALI

Tinjauan Pustaka
          Sistem faali yang meliputi respirasi, pulsus, dan temperatur rektal merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan kesehatan suatu ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung (Galem et. al., 2012). Kondisi status faali ternak merupakan indikasi dari kesehatan dan adaptasi ternak terhadap lingkungannya. Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya, apabila lingkungan dengan suhu dan kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan stress (cekaman) karena sistem pengaturan panas tubuh dengan lingkungannya menjadi tidak seimbang. Ternak domba termasuk hewan homoitherm yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap stabil, sehingga terjadi keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang dikeluarkan kesekelilingnya (Gates et. al., 1999).
Respirasi
          Respirasi adalah suatu proses dimana pertukaran zat metabolisme dan gas asam arang atau oksigen yang diambil dari udara oleh parusampaiparu dan mengalami proses kimia dalam jaringan tubuh yang dilepaskan dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Respirasi memiliki dua proses, yaitu respirsi eksternal dan respirasi internal. Terjadinya pergerakan karbon dioksida ke dalam alveolar ini disebut respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen berdifusi ke dalam darah (Campbell, 2001).
          Respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui fungsi organsampaiorgan tubuh bekerja secara normal. Fungsi utama pada respirasi yaitu menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil karbondioksida dari darah. Pengukuran terhadap parameter fisiologis bisa dilakukan dengan pengukuran respirasi, detak jantung dan temperatur tubuh (Schmidt, 1997). Kisaran normal respirasi beberapa ternak dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1. Kisaran normal respirasi beberapa ternak


Spesies
 Kisaran respirasi (kali per menit)
Sapi
Kambing
Domba
Kelinci
Ayam
24-42
26-54
26-32
25-27
18-23
(Frandson, 1996).
                       
Pulsus
          Frekuensi pulsus atau denyut jantung dikendalikan oleh sistem organ jantung yang dipengaruhi oleh sistem saraf. Jantung merupakan dua pompa yang menerima darah dalam arteri dan memompakan darah dari ventrikel menuju jaringan kemudian kembali lagi. Sistem ini bekerja dengan kombinasi tertentu dan fungsional. Misalnya saraf efferens, saraf cardial anhibitory, dan saraf accelerate sedangkan kecepatan denyut jantung dapat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, aktivitas tubuh, suhu tubuh, latak geografis, penyakit dan stress (Duke’s, 1995).
          Frekuensi denyut jantung yang ekstrim pada ternak menandakan kondisi fisiologis ternak pada saat itu tidak nyaman. Pada ternak besar seperti sapi, pulsus atau denyut jantung dapat dirasakan dari arteri fasial yang terdapat disekitar femur horizontal dari mandibula atau dapat juga dirasakan pada arteri caudalis. Arteri femural pada sisi medial, mudah diraba untuk hewan ternak seperti kucing, domba, dan kambing. Pada ayam dan kelinci, pulsus dapat diraba disekitar dada (Frandson, 1996). Kisaran normal pulus beberapa ternak dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini:




          Tabel 1.2. Kisaran denyut jantung normal untuk berbagai jenis ternak
Spesies                          Kisaran denyut jantung ( kali per menit)
Kuda                                                         23-70
Babi                                                          55-86
Kambing                                                   70-135
Kucing                                                     110-140
Sapi                                                          60-70
Domba                                                      60-120
Anjing                                                      100-130
                                                                                   (Frandson, 1996).
                                                                          
Temperatur Rektal
            Temperatur tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan pelepas panas tubuh. Indeks temperatur dalam tubuh hewan dapat dilakukan dengan memasukkan termometer rektal ke dalam rektum. Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur tubuh antara lain bangsa ternak, aktivitas ternak, kondisi kesehatan ternak, dan kondisi lingkungan ternak (Frandson, 1996).
          Temperatur domba berkisar antara 37,5 oC sampai 40,5 oC (Blight, 1999). Pada domba temperatur rektal mulai naik di atas normal pada suhu udara 32 oC dan terengah-engah pada temperatur 41 oC (Swenson, 1997). Ternak dapat bergerak karena kontraksi otot rangka, kontraksi otot terjadi akibat perubahan energi kimia yang menjadi energi mekanis. Hal ini menyebabkan pelepasan kalor tubuh sehingga terjadi peningkatan temperatur tubuh (Ganong, 2003).
          Perbedaan temperatur tubuh disebabkan oleh kondisi eksternal dan aktivitas. Kita dapat memperkirakan atau mengatakan bahwa sebagian besar burung temperaturnya 40 ± 2 oC, eutherian mamals 38 ± 2 oC, manotherms 31 ± 2 oC. Burung dengan ukuran kecil memiliki temperatur tubuh lebih tinggi daripada burung dengan ukuran tubuh lebih besar. Tetapi ukuran mamalia tidak ada hubungannya dengan temperatur tubuh (Schmidt,1997).
          Temperatur tubuh pada unggas berkisar antara 39 oC sampai 41 oC. Pembuangan panas tubuh dilakukan ayam pada suhu kurang dari 80 oC dengan radiasi, konveksi, dan konduksi dari seluruh permukaan tubuh ayam. Ayam adalah hewan homoiterm yaitu hewan yang mempunyai pengatur panas tubuh konstant, meskipun hewan tersebut hidup pada temperatur lebih rendah atau lebih tinggi dari temperatur tubuhnnya, sebaliknya apabila penguapan air lewat saluran pernapasan yang dilakukan secara cepat (Yuwanta, 2000). Kisaran normal temperatur rektal beberapa ternak dapat dilihat pada tabel 3  dibawah ini:
Tabel 1.3. Kisarannya normal temperatur rektal ternak
  Hewan                          Rata-irata temperatur (ºC)         Kisaran (ºC)
  Kelinci                                          39,5                            38,0-40,1
  Kambing                                      39,4                            38,5-40,0
  Sapi perah                                   38,6                            38,0-39,0
  Sapi potong                                 38,3                            36,7-39,1
  Ayam (siang hari)                        41,5                            40,6-43,0
                                                (Frandson, 1996)


Materi dan Metode

Materi
          Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum status faali ini adalah termometer rektal, termometer batang, stetoskop, counter, dan arloji.
Bahan. bahan yang digunakan dalam praktikum status faali ini adalah ternak sebagai probandus, diantaranya ialah ayam jantan, ayam betina, kelinci jantan, kelinci betina, domba jantan, domba betina, dan sapi jantan.
Metode
Respirasi
Pengambilan data fisiologis berupa respirasi dilakukan dengan mendekatkan punggung tangan pada hidung ternak sehingga terasa hembusan napasnya, ini dilakukan pada sapi dan domba. Pada kelinci dan ayam dilakukan dengan mengamati kembang kempis pada daerah perut. Perlakuan tersebut dilakukakn selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga kali, kemudian data yang diperoleh dirata-ratakan.
Pulsus
Pengukuran pulsus pada ayam dan kelinci dilakukan dengan meletakkan atau menempelkan stetoskop pada bagian dada sehingga terdengar detak jantungnya. Pada sapi, pengukuran pulsus dilakukan dengan meraba bagian pangkal ekornya sehingga terasa denyut arteri caudalisnya sedangkan pada kambing pengukuran pulsus dilakukan denga meraba bagian pangkal paha sehingga terasa denyut arteri femuralisnya. Perlakuan tersebut dilalkukan selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga kali, hasil yang diperoleh kemudian dirata-ratakan.
Temperatur rektal
Pengukuran temperatur rektal pada kelinci, sapi dan domba dilakukan dengan cara memasukan termometer rektal kedalam rektum hingga sepertiga bagiannya. Pada ayam pengukuran temperatur dilakukan dengan memasukkan termometer batang kedalam tektum. Perlakuan tersebut dilakukan selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga kali, kemudian hasil yang diperoleh dirata-ratakan.














  
Hasil dan Pembahasan

Hasil
          Dari percobaan yang telah dilakukan dan berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:
Respirasi
Tabel 1.4. Hasil pengukuran respirasi
Probandus                                        Pengukuran (kali per menit)
                                                    I                   II                III        Rata – rata
Sapi jantan                                   37 46            42              42
Domba jantan                             147        140             122           136
Domba betina                              69           63            70                 67
Kelinci jantan                                         141        133             123           132
Kelinci betina                                         103        141           143             129
Ayam jantan                                 26           24            23            24
Ayam betina                                 36           42            33            37

Pulsus
Tabel 1.5. Hasil pengukuran pulsus
Probandus                                      Pengukuran (kali per menit)
                                                   I                  II            III             Rata-rata   
Sapi jantan                                 66             82         80                 76
Domba jantan                            85             80         84                 83
Domba betina                            89             91         99                 93
Kelinci jantan                                      162           113       126               134
Kelinci betina                                        98            103       114               105
Ayam jantan                             143           152       146               147
Ayam betina                             169           169       178               172

Temperatur Rektal
Probandus                                        Pengukuran (oC)
                                               I                   II               III         Rata–rata
Sapi jantan                             39,4       38,3        38,5              39
Domba jantan                         40,5       40,5        40,5              39
Domba betina                           39         39,2        39,2              39
Kelinci jantan                                     36,6        38          36,8             38,2
Kelinci betina                                     36,6        37          36,8          38,8
Ayam jantan                              40          40           40                40
Ayam betina                              40         40           40                 40
Tabel 1.6. Hasil pengukuran temperatur rektal






Pembahasan Respirasi
 
          Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang dilakukan pada praktikum status faali ini, diperoleh hasil pengukuran rata-rata respirasi pada sapi jantan adalah 42 kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran normal respirasi pada sapi adalah 24 sampai 42 kali per menit. Rata-irata respirasi pada domba jantan adalah 136 kali per menit dan betina 69 kali per menit. Menurut Fransond (1996), kisaran respirasi normal pada domba 26 sampai 32 kali per menit. Rata-rata respirasi pada kelinci jantan adalah 132 kali per menit dan betina 129 kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran normal respirasi kelinci adalah 25 sampai 27 kali per menit. Hasil yang diperoleh dalam praktikum sangat jauh berbeda dengan kisaran normal, hal tersebut terjadi pada domba dan kelinci. Selanjutnya hasil rata-rata respirasi pada ayam jantan adalah 24 kali per menit dan betina 37 kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran normal respirasi pada ayam adalah 18 sampai 23 kali per menit.
          Pada sapi, hasil percobaan dengan kisaran normal menunjukkan bahwa sapi dalam keadaan sehat. Kemudian pada domba baik jantan maupun betina, hasil percobaan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan kisaran normal. Hal tersebut dikarenakan probandus dalam keadaan stress atau takut karena perlakuan dari praktikan. Menurut Frandson (1996), kondisi lingkungan dan kesehatan ternak dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Apabila ternak berada dalam keadaan yang terancam atau tidak nyaman maka ternak akan beradaptasi dengan cepat atau akan mengalami stress. Hal yang sama juga terjadi pada kelinci dan ayam, pada saat pengambilan data, perlakuan terhadap probandus sedikit kasar karena adanya perlawanan. Perlakuan tersebut menyebabkan ternak terus bergerak dan dengan aktivitas tubuh yang demikian menyebabkan frekuensi respirasi meningkat. Menurut Frandson (1996), besar kecilnya frekuensi denyut jantung, respirasi, dan temperatur rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor eksteral, diantaranya ialah aktivitas tubuh, ukuran tubuh, spesies, dan kondisi kesehatan ternak.
Pulsus
          Pulsus merupakan denyut jantung, berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil pengukuran pulsus sapi jantan adalah 76 kali per  menit. Menurut Blight (1999), kisaran normal pulsus sapi adalah 60 sampai 70 kali per menit. Hasil pengamatan berbeda dengan kisaran normal, hal ini dikarenakan sapi dalam keadaan stress pada saat praktikan melakukan pengambilan data. Keadaan yang dirasa mengganggu bagi ternak dapat mengakibatkan stress atau kegelisahan (Ganong, 2003). Pada domba jantan, hasil perhitungan pulsusnya adalah 83 kali per menit dan betina 93 kali per menit. Menurut Blight (1999), kisaran normalnya adalah 60 sampai 120 kali per menit. Hasil percobaan menunjukkan kesesuaian dengan kisaran normal, hal ini menunjukkan bahwa baik domba jantan maupun domba betina dalam keadaan sehat atau normal.
          Pada kelinci, menurut Blight (1999), kisaran normalnya adalah 123 sampai 300 kali per menit. Menurut hasil percobaan jumlah pulsus pada sapi jantan adalah 134 kali per menit dan betina 105 kali per menit. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kelinci jantan dalam keadaan sehat atau normal sedangkan kelinci betina dalam kondisi tidak normal atau dalam keadaan stress karena perlakuan praktikan selama proses pengambilan data. Menurut Blight (1999), besar kecilnya pulsus, intensitas respirasi, dan temperatur rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ialah kegiatan fisik atau tubuh, kondisi kesehatan ternak, jenis ternak, dan ukuran dan berat tubuh.
            Pada ayam jantan diperoleh hasil perhitungan pulsus sebanyak 147 kali per menit dan betina 172 kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran pulsus ayam adalah 250 sampai 470 kali per menit. Hasil tersebut berada jauh di bawah kisaran normalnya, sehingga dapat dikatakan bahwa ayam jantan dan betina dalam keadaan sakit atau stress, hal ini dapat disebabkan karena kondisi lingkungan dan probandus merasa terganggu atau terancam dengan kehadiran serta perlakuan dari praktikan. Keadaan yang yang dirasa mengganggu bagi ternak dapat mengakibatkan stress atau kegelisahan (Ganong, 2003). Kirsaran pulsus pada hewan besar lebih kecil jika dibandingkan dengan kisaran pulsus pada hewan kecil, karena metabolisme pada hewan yang bertubuh kecil semakin tinggi. Faktor yang mempengaruhi pulsus adalah temperatur lingkungan, pakan, aktivitas latihan otot, dan tidur (Ganong, 2003).
Temperatur rektal
          Temperatur rektal digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang dapat dilihat dari suhu tubuh probandus. Menurut Duke’s (1995), bahwa kisaran normal temperatur rektal pada sapi adalah 37,2 sampai 39  oC. Sapi jantan dapat dikatakan dalam keadaan sehat atau normal dengan hasil pengukuran suhu rektal 38,7 oC yang masih berada dalam kisaran normal. Pada domba jantan dan betina, menurut Duke’s (1995), kisaran normal temperaturnya adalah 38 sampai 40 oC. Domba jantan memiliki temperatur rektal 39,1 oC yang menunjukkan domba jantan dalam keadaan sehat atau normal sedangkan domba betina memiliki suhu rektal 40,5 oC yang memilki sedikit perbedaan dengan kisaran normalnya, tetapi meskipun demikian diasumsikan domba betina dalam keadaan stress. Pada kelinci jantan suhunya adalah 37,13 oC dan betina 36,8 oC. Keadaan ini menunjukkan bahwa kelinci jantan dan betina dalam keadaan kurang sehat atau stress, karena suhu hasil pengukuran berada di bawah kisaran normal. Menurut Duke’s (1995), kisaran normalnya adalah 39 sampai 40,3 oC. Pada ayam jantan kisaran normalnya adalah 41,5 sampai 41,9 oC. Hasil percobaan menunjukkan pada ayam jantan dan betina memiliki suhu rektal 40 oC. Hasil menunjukkan bahwa ayam jantan dan betina dalam keadaan stress, karena beberapa faktor eksternal seperti kondisi lingkungan maupun faktor internal seperki kondisi kesehatan. Menurut Duke’s (1995), bahwa temperatur rektal pada terbak dipengaruhi beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, aktivitas, pakan, minuman dan pencernaan. Produksi panas oleh tubuh secara tidak langsung tergantung pada makanan yang diperolehnya dan banyaknya persediaan makanan dalam saluran pencernaan.
          Dalam percobaan yang dilakukan, suhu lingkungan ternak, kelembaban udara, dan tekanan dari praktikan memilki pengaruh yang cukup besar terhadap kondisi ternak. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi, dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan menurun akhirnya produktivitas ternak menurun. Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnnya. Apabila terjadi perubahan, maka ternak akan mengalami stress. Jadi, lingkungan sangat memegang peranan penting dalam hal kondisi kesehatan ternak (Swenson, 1997).









Kesimpulan

 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap probandus memiliki kisaran data fisiologis berbeda meliputi jumlah respirasi, pulsus, dan temperatur rektal. Pengujian status faali memberi informasi sehingga keadaan ternak dapat diketahui apakah dalam kondisi sehat atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain keadaan temperatur lingkungan, kelembaban, ketinggian tempat, stress dan penyakit. Dari data yang diperoleh, sapi jantan, domba jantan dan domba betina dalam keadaan sehat sedangkan kelinci jantan, kelinci betina, ayam jantan dan ayam betina dalam keadan stress atau sakit.




















Daftar Pustaka
Blight, D.B., R.A. Meece., and A. Thomas. 1999. Animal and Sciences Aplication. Alpha Publishing. Co. California.

Campbell, N.A., L.G. Mitchell, J.B. Reece.2001. Biology. Singapore: The Benyaminper Cummings Publishing. Co. California.

Duke’s. 1995. Phisology of Domestic Animal. Camel: Comstok Publishing New York University Collage.

Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak.   Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ganong. 2003. Receive of Logical Phisology. California: Large Medical Publishing.

Ghalem, S., N. Khebichat, K. Nekkaz. 2012. The Physology of Animal Respiration: Study of Domestic Animal. Article ID 737271, 8 pages. doi: 11. 1133per2012per7372721.

Schmict, K., and Neilsen. 1997. Animal Phisology 5th edition. Cambridge University Press.

Swenson. 1997. Duke’s Physology of Domestic Animal. Comstok Publishing Co. Lnc Pert Conectial.

Yuwanta, T. 2000. Dasar Ternak Unggas.Yogyakarta

Share this article :

1 komentar:

  1. Numpang komentar ya gan,
    Saya ingin memberitahukan informasi mengenai tentang Ayam-ayaman.
    Bagi para Botoh pemula yang ingin belajar cara ternak ayam, merawat ayam, menjadi ayam lebih kuat.

    Anda Bisa Mengunjungi Artikel Sabung Ayam Dipersembahkan Oleh tajenonline.com

    Ayam Aduan Birma Drunken Mengenal Lebih Dalam
    https://tajenonline.com/ayam-aduan-birma-drunken-mengenal-lebih-dalam/

    Anda Juga Bisa Melakukan Chatting Langsung Di Whatsapp Kami +62-8122-222-995

    Terima Kasih Sudah Membaca Komentar Saya

    ReplyDelete



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kampus_peternakan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger