PENDAHULUAN
Ilmu Fisiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang tata kerja dari berbagai sistem dan peran dari fungsi tubuh
keseluruhannya.
Ilmu fisiologi ternak secara khusus mempelajari
fisiologi dari beberapa ternak, yaitu sapi, ayam, kambing, domba, kelinci, dan
jenis burung melalui percobaan status faali, thermoregulasi, saccus
pneumaticus, sel darah merah, sistem digesti, pembekuan darah, kadar
haemoglobin dalam darah, tekanan darah, dan waktu pendarahan pada manusia.
Percobaan status faali bertujuan untuk
mengetahui data-data fisiologi yaitu temperatur rektal, pulsus, dan frekuensi
respirasi pada sapi, kambing, domba, kelinci, dan ayam. Percobaan
tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi kesehatan ternak. Hal tersebut dapat
menguntungkan karena semakin dini diketahui kelainan pada seekor ternak maka
penanggulangannya akan semakin mudah untuk diatasi.
Selain melalui status faali,
berdasarkan jumlah sel darah merah ternak, dapat diketahui kondisi kesehatannya
dengan melihat/ mengamati dan mengukur jumlah sel darah merah dan
membandingkannya dengan kisaran normal dari jenis ternak tertentu. Praktikum
ini juga mempelajari dan mengetahui fungsi-fungsi dari suatu organ tubuh ternak
yang penting untuk diketahui. Misalnya adalah sistem digesti yaitu mempelajari
organ-organ tubuh ternak
yang membantu proses digesti dan kelenjar pencernaan ruminansia dan non ruminansia
yang berfungsi dalam sistem pencernaaannya.
Demikianlah sekilas tentang acara
praktikum Dasar Fisiologi Ternak, setiap acara akan dijelaskan dan diulas pada
bab berikutnya.
ACARA I
STATUS
FAALI
Tinjauan Pustaka
Sistem faali
yang meliputi respirasi, pulsus, dan temperatur rektal merupakan suatu
parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan kesehatan suatu
ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung (Galem et. al., 2012).
Kondisi status faali ternak
merupakan indikasi dari kesehatan dan adaptasi ternak terhadap lingkungannya.
Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya, apabila
lingkungan dengan suhu dan kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan stress
(cekaman) karena sistem pengaturan panas tubuh dengan lingkungannya menjadi
tidak seimbang. Ternak domba termasuk hewan homoitherm yang memiliki kemampuan untuk
mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap stabil, sehingga terjadi keseimbangan
antara panas yang diproduksi dengan panas yang dikeluarkan kesekelilingnya
(Gates et.
al., 1999).
Respirasi
Respirasi adalah suatu proses dimana pertukaran zat metabolisme dan gas asam
arang atau oksigen yang diambil dari udara oleh parusampaiparu dan mengalami
proses kimia dalam jaringan tubuh yang dilepaskan dalam bentuk karbon dioksida
(CO2). Respirasi memiliki dua proses, yaitu respirsi eksternal dan
respirasi internal. Terjadinya pergerakan karbon dioksida ke dalam alveolar ini
disebut respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen
berdifusi ke dalam darah (Campbell, 2001).
Respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan sebagai pedoman
untuk mengetahui fungsi organsampaiorgan tubuh bekerja secara normal. Fungsi
utama pada respirasi yaitu menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil
karbondioksida dari darah. Pengukuran terhadap parameter fisiologis bisa
dilakukan dengan pengukuran respirasi, detak jantung dan temperatur tubuh
(Schmidt, 1997). Kisaran normal respirasi beberapa ternak dapat dilihat pada
tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1. Kisaran normal respirasi beberapa
ternak
Spesies
|
Kisaran
respirasi (kali per menit)
|
Sapi
Kambing
Domba
Kelinci
Ayam
|
24-42
26-54
26-32
25-27
18-23
|
(Frandson,
1996).
Pulsus
Frekuensi
pulsus atau denyut jantung dikendalikan oleh sistem organ jantung yang
dipengaruhi oleh sistem saraf. Jantung merupakan dua pompa yang menerima darah
dalam arteri dan memompakan darah dari ventrikel menuju jaringan kemudian
kembali lagi. Sistem ini bekerja dengan kombinasi tertentu dan fungsional. Misalnya
saraf efferens, saraf cardial anhibitory, dan saraf accelerate sedangkan
kecepatan denyut jantung dapat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan,
aktivitas tubuh, suhu tubuh, latak geografis, penyakit dan stress (Duke’s,
1995).
Frekuensi denyut jantung yang ekstrim pada ternak menandakan kondisi fisiologis
ternak pada saat itu tidak nyaman. Pada ternak besar seperti sapi, pulsus atau
denyut jantung dapat dirasakan dari arteri fasial yang terdapat
disekitar femur horizontal dari mandibula atau dapat juga dirasakan pada arteri
caudalis. Arteri femural pada sisi medial, mudah diraba untuk hewan ternak
seperti kucing, domba, dan kambing. Pada ayam dan kelinci, pulsus dapat diraba
disekitar dada (Frandson, 1996). Kisaran normal pulus beberapa ternak dapat
dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini:
Tabel 1.2. Kisaran denyut jantung normal untuk berbagai jenis ternak
Spesies Kisaran denyut jantung ( kali per menit)
|
Kuda 23-70
Babi 55-86
Kambing
70-135
Kucing
110-140
Sapi
60-70
Domba
60-120
Anjing
100-130
|
(Frandson,
1996).
Temperatur Rektal
Temperatur tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan pelepas
panas tubuh. Indeks temperatur dalam tubuh hewan dapat dilakukan dengan
memasukkan termometer rektal ke dalam rektum. Faktor-faktor yang mempengaruhi
temperatur tubuh antara lain bangsa ternak, aktivitas ternak, kondisi kesehatan
ternak, dan kondisi lingkungan ternak (Frandson, 1996).
Temperatur domba berkisar antara 37,5 oC sampai 40,5 oC
(Blight, 1999). Pada domba temperatur rektal mulai naik di atas normal pada
suhu udara 32 oC dan terengah-engah pada temperatur 41 oC
(Swenson, 1997). Ternak dapat bergerak karena kontraksi otot rangka, kontraksi
otot terjadi akibat perubahan energi kimia yang menjadi energi mekanis. Hal ini
menyebabkan pelepasan kalor tubuh sehingga terjadi peningkatan temperatur tubuh
(Ganong, 2003).
Perbedaan temperatur tubuh disebabkan oleh kondisi eksternal dan aktivitas.
Kita dapat memperkirakan atau mengatakan bahwa sebagian besar burung
temperaturnya 40 ± 2 oC, eutherian mamals 38 ± 2 oC,
manotherms 31 ± 2 oC. Burung dengan ukuran kecil memiliki
temperatur tubuh lebih tinggi daripada burung dengan ukuran tubuh lebih besar.
Tetapi ukuran mamalia tidak ada hubungannya dengan temperatur tubuh
(Schmidt,1997).
Temperatur tubuh pada unggas berkisar antara 39 oC sampai 41 oC.
Pembuangan panas tubuh dilakukan ayam pada suhu kurang dari 80 oC
dengan radiasi, konveksi, dan konduksi dari seluruh permukaan tubuh ayam. Ayam
adalah hewan homoiterm yaitu hewan yang mempunyai pengatur panas tubuh
konstant, meskipun hewan tersebut hidup pada temperatur lebih rendah atau lebih
tinggi dari temperatur tubuhnnya, sebaliknya apabila penguapan air lewat
saluran pernapasan yang dilakukan secara cepat (Yuwanta, 2000). Kisaran normal
temperatur rektal beberapa ternak dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 1.3. Kisarannya normal temperatur rektal ternak
Hewan
Rata-irata temperatur
(ºC) Kisaran (ºC)
|
Kelinci
39,5
38,0-40,1
Kambing
39,4
38,5-40,0
Sapi
perah
38,6
38,0-39,0
Sapi
potong
38,3
36,7-39,1
Ayam
(siang
hari)
41,5
40,6-43,0
|
(Frandson, 1996)
Materi
dan Metode
Materi
Alat.
Alat yang digunakan dalam praktikum
status faali ini adalah
termometer rektal, termometer batang, stetoskop,
counter, dan arloji.
Bahan. bahan yang digunakan dalam praktikum
status faali ini adalah ternak sebagai probandus, diantaranya ialah ayam
jantan, ayam betina, kelinci jantan, kelinci betina, domba jantan, domba
betina, dan sapi jantan.
Metode
Respirasi
Pengambilan data fisiologis berupa
respirasi dilakukan dengan mendekatkan punggung tangan pada hidung ternak
sehingga terasa hembusan napasnya, ini dilakukan pada sapi dan domba. Pada
kelinci dan ayam dilakukan dengan mengamati kembang kempis pada daerah perut.
Perlakuan tersebut dilakukakn selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga
kali, kemudian data yang diperoleh dirata-ratakan.
Pulsus
Pengukuran pulsus pada ayam dan kelinci
dilakukan dengan meletakkan atau menempelkan stetoskop pada bagian dada
sehingga terdengar detak jantungnya. Pada sapi, pengukuran pulsus dilakukan
dengan meraba bagian pangkal ekornya sehingga terasa denyut arteri caudalisnya
sedangkan pada kambing pengukuran pulsus dilakukan denga meraba bagian pangkal
paha sehingga terasa denyut arteri femuralisnya. Perlakuan tersebut dilalkukan
selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga kali, hasil yang diperoleh
kemudian dirata-ratakan.
Temperatur rektal
Pengukuran temperatur rektal pada
kelinci, sapi dan domba dilakukan dengan cara memasukan termometer rektal
kedalam rektum hingga sepertiga bagiannya. Pada ayam pengukuran temperatur
dilakukan dengan memasukkan termometer batang kedalam tektum. Perlakuan
tersebut dilakukan selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga kali, kemudian
hasil yang diperoleh dirata-ratakan.
Hasil
dan Pembahasan
Hasil
Dari percobaan yang
telah dilakukan dan berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:
Respirasi
Tabel 1.4.
Hasil pengukuran respirasi
Probandus
Pengukuran (kali per menit)
I
II
III
Rata – rata
|
Sapi
jantan
37 46
42
42
Domba
jantan
147 140
122
136
Domba
betina
69
63
70
67
Kelinci
jantan
141 133
123
132
Kelinci
betina
103 141
143
129
Ayam
jantan
26
24
23 24
Ayam
betina
36
42
33 37
|
Pulsus
Tabel 1.5. Hasil pengukuran pulsus
Probandus
Pengukuran (kali per menit)
I
II
III Rata-rata
|
Sapi
jantan
66
82
80
76
Domba
jantan
85
80
84
83
Domba
betina
89
91
99
93
Kelinci
jantan
162
113 126
134
Kelinci
betina
98
103 114
105
Ayam
jantan
143
152 146
147
Ayam
betina
169
169 178
172
|
Temperatur Rektal
Probandus
Pengukuran (oC)
I
II
III Rata–rata
|
Sapi
jantan
39,4 38,3
38,5
39
Domba
jantan
40,5 40,5 40,5
39
Domba
betina
39
39,2 39,2
39
Kelinci
jantan
36,6
38 36,8
38,2
Kelinci
betina
36,6
37
36,8
38,8
Ayam
jantan
40
40
40
40
Ayam
betina
40
40
40
40
|
Tabel 1.6.
Hasil pengukuran temperatur rektal
Pembahasan Respirasi
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang dilakukan pada praktikum status faali
ini, diperoleh hasil pengukuran rata-rata respirasi pada sapi jantan adalah 42
kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran normal respirasi pada sapi
adalah 24 sampai 42 kali per menit. Rata-irata respirasi pada domba jantan
adalah 136 kali per menit dan betina 69 kali per menit. Menurut Fransond
(1996), kisaran respirasi normal pada domba 26 sampai 32 kali per menit.
Rata-rata respirasi pada kelinci jantan adalah 132 kali per menit dan betina
129 kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran normal respirasi kelinci
adalah 25 sampai 27 kali per menit. Hasil yang diperoleh dalam praktikum sangat
jauh berbeda dengan kisaran normal, hal tersebut terjadi pada domba dan
kelinci. Selanjutnya hasil rata-rata respirasi pada ayam jantan adalah 24 kali
per menit dan betina 37 kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran normal
respirasi pada ayam adalah 18 sampai 23 kali per menit.
Pada sapi, hasil percobaan dengan kisaran normal menunjukkan bahwa sapi dalam
keadaan sehat. Kemudian pada domba baik jantan maupun betina, hasil percobaan
menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan kisaran normal. Hal tersebut
dikarenakan probandus dalam keadaan stress atau takut karena perlakuan dari
praktikan. Menurut Frandson (1996), kondisi lingkungan dan kesehatan ternak
dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Apabila ternak
berada dalam keadaan yang terancam atau tidak nyaman maka ternak akan beradaptasi
dengan cepat atau akan mengalami stress. Hal yang sama juga terjadi pada
kelinci dan ayam, pada saat pengambilan data, perlakuan terhadap probandus
sedikit kasar karena adanya perlawanan. Perlakuan tersebut menyebabkan ternak
terus bergerak dan dengan aktivitas tubuh yang demikian menyebabkan frekuensi
respirasi meningkat. Menurut Frandson (1996), besar kecilnya frekuensi denyut
jantung, respirasi, dan temperatur rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor
eksteral, diantaranya ialah aktivitas tubuh, ukuran tubuh, spesies, dan kondisi
kesehatan ternak.
Pulsus
Pulsus merupakan denyut jantung, berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh
hasil pengukuran pulsus sapi jantan adalah 76 kali per menit. Menurut
Blight (1999), kisaran normal pulsus sapi adalah 60 sampai 70 kali per menit.
Hasil pengamatan berbeda dengan kisaran normal, hal ini dikarenakan sapi dalam
keadaan stress pada saat praktikan melakukan pengambilan data. Keadaan yang
dirasa mengganggu bagi ternak dapat mengakibatkan stress atau kegelisahan
(Ganong, 2003). Pada domba jantan, hasil perhitungan pulsusnya adalah 83 kali
per menit dan betina 93 kali per menit. Menurut Blight (1999), kisaran
normalnya adalah 60 sampai 120 kali per menit. Hasil percobaan menunjukkan
kesesuaian dengan kisaran normal, hal ini menunjukkan bahwa baik domba jantan
maupun domba betina dalam keadaan sehat atau normal.
Pada kelinci, menurut Blight (1999), kisaran normalnya adalah 123 sampai 300
kali per menit. Menurut hasil percobaan jumlah pulsus pada sapi jantan adalah
134 kali per menit dan betina 105 kali per menit. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa kelinci jantan dalam keadaan sehat atau normal sedangkan kelinci
betina dalam kondisi tidak normal atau dalam keadaan stress karena perlakuan praktikan
selama proses pengambilan data. Menurut Blight (1999), besar kecilnya pulsus,
intensitas respirasi, dan temperatur rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya ialah kegiatan fisik atau tubuh, kondisi kesehatan ternak, jenis
ternak, dan ukuran dan berat tubuh.
Pada ayam jantan diperoleh hasil perhitungan pulsus sebanyak 147 kali per menit
dan betina 172 kali per menit. Menurut Frandson (1996), kisaran pulsus ayam
adalah 250 sampai 470 kali per menit. Hasil tersebut berada jauh di bawah
kisaran normalnya, sehingga dapat dikatakan bahwa ayam jantan dan betina dalam
keadaan sakit atau stress, hal ini dapat disebabkan karena kondisi lingkungan
dan probandus merasa terganggu atau terancam dengan kehadiran serta perlakuan
dari praktikan. Keadaan yang yang dirasa mengganggu bagi ternak dapat
mengakibatkan stress atau kegelisahan (Ganong, 2003). Kirsaran pulsus pada
hewan besar lebih kecil jika dibandingkan dengan kisaran pulsus pada hewan
kecil, karena metabolisme pada hewan yang bertubuh kecil semakin tinggi. Faktor
yang mempengaruhi pulsus adalah temperatur lingkungan, pakan, aktivitas latihan
otot, dan tidur (Ganong, 2003).
Temperatur rektal
Temperatur rektal digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang dapat
dilihat dari suhu tubuh probandus. Menurut Duke’s (1995), bahwa kisaran normal
temperatur rektal pada sapi adalah 37,2 sampai 39 oC. Sapi
jantan dapat dikatakan dalam keadaan sehat atau normal dengan hasil pengukuran
suhu rektal 38,7 oC yang masih berada dalam kisaran normal. Pada
domba jantan dan betina, menurut Duke’s (1995), kisaran normal temperaturnya
adalah 38 sampai 40 oC. Domba jantan memiliki temperatur rektal 39,1
oC yang menunjukkan domba jantan dalam keadaan sehat atau normal
sedangkan domba betina memiliki suhu rektal 40,5 oC yang memilki
sedikit perbedaan dengan kisaran normalnya, tetapi meskipun demikian
diasumsikan domba betina dalam keadaan stress. Pada kelinci jantan suhunya
adalah 37,13 oC dan betina 36,8 oC. Keadaan ini
menunjukkan bahwa kelinci jantan dan betina dalam keadaan kurang sehat atau
stress, karena suhu hasil pengukuran berada di bawah kisaran normal. Menurut
Duke’s (1995), kisaran normalnya adalah 39 sampai 40,3 oC. Pada ayam
jantan kisaran normalnya adalah 41,5 sampai 41,9 oC. Hasil percobaan
menunjukkan pada ayam jantan dan betina memiliki suhu rektal 40 oC.
Hasil menunjukkan bahwa ayam jantan dan betina dalam keadaan stress, karena
beberapa faktor eksternal seperti kondisi lingkungan maupun faktor internal
seperki kondisi kesehatan. Menurut Duke’s (1995), bahwa temperatur rektal pada
terbak dipengaruhi beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, aktivitas,
pakan, minuman dan pencernaan. Produksi panas oleh tubuh secara tidak langsung
tergantung pada makanan yang diperolehnya dan banyaknya persediaan makanan
dalam saluran pencernaan.
Dalam percobaan yang dilakukan, suhu lingkungan ternak, kelembaban udara, dan
tekanan dari praktikan memilki pengaruh yang cukup besar terhadap kondisi
ternak. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada
ternak sehingga suhu tubuh, respirasi, dan denyut jantung meningkat, serta
konsumsi pakan menurun akhirnya produktivitas ternak menurun. Ternak akan
selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnnya. Apabila terjadi perubahan,
maka ternak akan mengalami stress. Jadi, lingkungan sangat memegang peranan
penting dalam hal kondisi kesehatan ternak (Swenson, 1997).
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap probandus memiliki
kisaran data fisiologis berbeda meliputi jumlah respirasi, pulsus, dan
temperatur rektal. Pengujian status faali memberi informasi sehingga keadaan
ternak dapat diketahui apakah dalam kondisi sehat atau tidak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain
keadaan temperatur lingkungan, kelembaban, ketinggian tempat, stress dan
penyakit. Dari data yang
diperoleh, sapi jantan, domba jantan dan domba betina dalam keadaan sehat
sedangkan kelinci jantan, kelinci betina, ayam jantan dan ayam betina dalam
keadan stress atau sakit.
Daftar Pustaka
Blight, D.B., R.A. Meece., and A. Thomas. 1999. Animal
and Sciences Aplication. Alpha Publishing. Co. California.
Campbell, N.A., L.G. Mitchell, J.B.
Reece.2001. Biology. Singapore: The Benyaminper Cummings Publishing. Co.
California.
Duke’s. 1995. Phisology of Domestic Animal. Camel:
Comstok Publishing New York University Collage.
Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ganong. 2003. Receive of Logical Phisology. California:
Large Medical Publishing.
Ghalem, S., N. Khebichat, K. Nekkaz. 2012. The
Physology of Animal Respiration: Study of Domestic Animal. Article ID
737271, 8 pages. doi: 11. 1133per2012per7372721.
Schmict, K., and Neilsen. 1997. Animal Phisology 5th
edition. Cambridge University Press.
Swenson. 1997. Duke’s Physology of Domestic Animal. Comstok
Publishing Co. Lnc Pert Conectial.
Yuwanta, T. 2000. Dasar Ternak Unggas.Yogyakarta
Numpang komentar ya gan,
ReplyDeleteSaya ingin memberitahukan informasi mengenai tentang Ayam-ayaman.
Bagi para Botoh pemula yang ingin belajar cara ternak ayam, merawat ayam, menjadi ayam lebih kuat.
Anda Bisa Mengunjungi Artikel Sabung Ayam Dipersembahkan Oleh tajenonline.com
Ayam Aduan Birma Drunken Mengenal Lebih Dalam
https://tajenonline.com/ayam-aduan-birma-drunken-mengenal-lebih-dalam/
Anda Juga Bisa Melakukan Chatting Langsung Di Whatsapp Kami +62-8122-222-995
Terima Kasih Sudah Membaca Komentar Saya