PENGERTIAN
PUBERTAS, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN UMUR TERRJADINYA PUBERTAS
Pubertas adalah umur atau waktu
di mana organ-organ reproduksi mulai
berfungsi dan berkembang. Pubertas tidak menandakan kapasitas
reproduksi yang normal dan sempurna.Pubertas
pada hewan jantan ditandai dengan kesanggupan berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan alat
kelamin sekunder. Sedangkan pada hewan betina ditandai dengan adanya estrus dan ovulasi. Pubertas
terjadi sebelum dewasa tubuh
tercapai, sehingga hewan muda harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Estrus dan ovulasi
pertama pada hewan betina disertai oleh kenaikan ukuran dan berat organ
reproduksi secara cepat.
Pertumbuhan dan perkembangan
organ- organ kelamin betina sewaktu pubertas dipengaruhi oleh hormon
GONADOTROPIN dan hormon-hormon gonada
l (tertosteron dan estrogen). Hormon Folikel Stimullating Hormon (FSH) pelepasannya dalam darah menyebabkan pertumbuhn
Folikel ± Folikel Ovarium. Ketika
Folikel tumbuh, matang dan berat
ovarium meninggi, maka estrogen
dilepaskan kealiran darah oleh ovarium
yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan saluran kelamin betina.folikel yang matang akan dilepaskan dan terjadi
ovulasi, hal ini dibawah pengaruh hormon LH(Lutainizing Hormon.
Pubertas
didefenisikan sebagai umur pada saat estrus p-ertama kali yang disertai
ovulasi. Pebertas terjadi ketika gonadotropin dihasilkan oleh hypopysis
anterior dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk menginisiasi pertumbuhan
folikel dan ovulasi. Pertumbuhan folikel dan ovulasi. Pertumbuhan folikel dan
ovulasi. Pertumbuhan folikel dapat dideteksi beberapa bulan sebelum pubertas
(Anonim, 2004).
Sejumlah
faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang menonjol pada umur saat pubertas.
Pada umumnya setiap faktor yang mengurangi kecepatan pertumbuhan, dengan
demikian mencegah ekspresi potensial genetik akan menunda pubertas. Faktor
lingkungannya seperti makanan, kesehatan, sanitasi, umur, temperatur, hereditas,
tingkat pelepasan homon, berat, dan lain sebagainya (Anonim, 2004).
Umur
dan berat pada saat pubertas dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik.
Rata-rata umur pada saat pubertas adalah 4-7 bulan pada babi, 7-10 bulan pada
domba, 8-11 bulan pada sapi, 15-24 bulan pada kuda. Berat badan ras-ras dalam
satu spesies tertentu tergantung pada ukuran dewasa ras tersebut.
Pubertas
normalnya dicapai pada umur 7-12 bulan atau dengan kata lain 2-3 bulan sesudah
betina mencapai berat badan dewasa. Jenis anjing kecil pubertasnya lebih awal
dari jenis besar, sebab berat badan dewasa dicapai umur lebih awal. Anjing
betina memsuki pubertas bebrapa bulan sebelum anjing jantan. Pada anjing beagle
umur estrus pertama rata-rata kurang lebih 15 hari (Junaidi, 2001).
Berbagai
faktor dapat mempengaruhi permulaan pubertas. Induk jantan dapat mempengaruhi
waktu estrus pertama kali pada anak betinanya. Anjing yang hidup bebas dan
anjing domestik yang dapat berkelana dengan bebas secara seksual lebih awal
dewasanya daripada anjing yang di kennel (Junaidi., 2001).
Tabel 1. Umur pubertas dan perkawinan pertama yang
dianjurkan pada hewan jantan.
Jenis
ternak
|
Umur
pada pubertas
(bulan)
|
Umur
yang dianjurkan pada perkawinan pertama
(bulan)
|
|
Rata-rata
|
Kisaran
|
||
Kuda
|
18
|
12—24
|
18—24
|
Sapi
|
10
|
6—18
|
18—24
|
Domba
|
7
|
4—12
|
10—14
|
Babi
|
6
|
4—8
|
6—8
|
PENGERTIAN
SPERMATOGENESIS BESERTA MEKANISME TERJADINYA
Spermatogenesis adalah
proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di
tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah
ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang
berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus
seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis
terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus
seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan
epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi
member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat
pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada
proses spermatogenesis.
Spermatogenesis
mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan
sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium
germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis
(lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel
benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri,
sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus
seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan
spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara
tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
PROSES SPERMATOGENESIS
Proses pembentukan dan pemasakan
spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada
saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250
lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak
diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus
seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa
sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus
berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses
pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:
·
LH (Luteinizing Hormone) merangsang
sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
·
FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang
sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis
terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1.
Spermatocytogenesis
Merupakan
spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.
Spermatogonia merupakan struktur
primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis.
Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal
yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis
menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel
ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploidSpermatosit
primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis.
Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2.
Tahapan Meiois
Spermatosit
primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom
(haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II
membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis
pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah,
tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan
dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan
Spermiogenesis
Merupakan
transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu
fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon
inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan
sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa
akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa
bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air
mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta
sel spermatozoa.
TAHAP –
TAHAP SPERMATOGENESIS
Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Berikut adalah skema tahapan spermatogenesis :
Penjelasan
skema tahap spermatogenesis :
Pada
dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma
(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
Setiap
spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya
membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis
pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n) Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n) Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
spermatosit sekunder (n) Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n) Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian
ke vas deferens- vesicula seminalis - urethra dan berakhir dengan ejakulasi.
PENGERTIAN
OOGENESIS BESERTA PROSES TERJADINYA OOGENESIS
Oogenesis
merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti
spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam waktu yang
bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu.
Oogenesis dimulai dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia.
Terjadi dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme
oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan
dalam proses meiosis. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam
hal ini oosit membesar dan folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit
primer mereplikasi DNA dan memasuki profase meiosis I dan tidak berkembang
lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating
hormone).
Seperti
halnya pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki tahap, diantaranya:
1. Proliferasi
(perbanyakan)
Tahap
perbanyakan belangsung secara berulang-ulang. Gametogonium membelah menjadi 2,
2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi
menjadi oogonium, lalu mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap
memasuki periode tumbuh. Padamamalia masa proliferasi terjadi dalam kandungan
induk.
2. Pertumbuhan
Pada
pertumbuhan, oogonium akan tumbuh membesar menjadi oogonium I. Pertumbuhan
sangat memegang peranan penting, karena sebagian besar dari substansi telur
digunakan dalam perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada
periode tumbuh.
3. Pematangan
Pada
proses ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase pertumbuhan,
oogonium I mengalami tahap pematangan, yang berlangsung secara meiosis. Akhir
meiosis I terbentuk oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
4. Perubahan
bentuk
Ootid
dalam fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk (transformasi)menjadi gamet.
Pada mamalia, selesai meiosis I pada betina, terbentuk oosit II dan satu
polosit. Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali.
Akhir dari meiosis II akan terbentuk satu ootid dan satu polosit II. Sementara
itu polosit I membelah pula menjadi dua, tapi jarang terjadi karena
berdegenerasi lebih awal. Tiga polosit tersebut akan berdegenerasi lalu diserap
kembali oleh tubuh. Jadi pada betina oosit tumbuh menjadi 1 ovum.
Proses terjadinya oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan
ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak)
atau sel indung telur. Oogonium
bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di
dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berumur 5 bulan dalam kandungan. Pada
saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak
dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami
pubertas. Oosit primer tersebut adalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di
dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosir primer. Saat
mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer
saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat
memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang
mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel
oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang
berukuran lebih kecil disebut badan
polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya,
oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis
II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan
berhenti sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit
sekunder akan mengalami degenerasi dan luruh bersama dinding rahim, dimana
kejadian ini disebut dengan menstruasi. Namun jika ada sperma yang masuk ke
oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya
meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang kecil disebut badan polar kedua (polosit sekunder).
Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar. Akhirnya, ada tiga
badan polar dan satu ootid yang akan berkembang menjadi ovum dari oogenesis
setiap satu oogonium.
Oosit
dalam oogonium berada dalam suatu folikel telur. Folikel telur atau disingkat
folikel merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel
berfungsi menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami
perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hinggan
terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubingi oosit
primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder folikel
sekunder berkembang menjadi folikel
tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang).
Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi
fertilisasi, maka korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
0 komentar:
Post a Comment