Performan
Ayam Broiler yang Diberi Ransum yang Mengandung
Bungkil
Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai Pengganti
Sebagian
Ransum Komersial
Agus
Budiansyah [1]
Intisari
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji sejauh mana pengaruh penggunaan bungkil kelapa yang
difermentasi dengan ragi tape sebagai pengganti sebagian ransum komersial
terhadap performa ayam broiler. Penelitian menggunakan 100 ekor anak ayam broiler
jantan umur tujuh hari strain Lohman. Ayam dibagi ke dalam 20 unit kandang.
Perlakuan yang diterapkan sebanyak lima macam ransum yang terdiri dari dua
taraf penggunaan bungkil kelapa tanpa fermentasi (BKTF) dan dua taraf penggunan
bungkil kelapa hasil fermentasi dengan ragi tape (BKFRT) sebagai pengganti
ransum komersial (RK) dan satu macam ransum tanpa menggunakan bungkil kelapa
sebagai kontrol. Ransum perlakuan adalah : R0 = 100 persen ransum komersial
(RK); R1 = 10 persen BKTF + 90 persen RK; R2 = 20 persen BKTF + 80 persen RK;
R3 = 10 persen BKFRT + 90 persen RK; dan R4 = 20 persen BKFRT + 80 persen RK.
Ayam dipelihara selama empat minggu. Pada akhir penelitian dua ekor ayam diambil dari tiap-tiap unit
kandang untuk dipotong dan dianalisis bobot karkasnya. Data yang diperoleh
dilakukan analisis ragam dan perbedaan antara perlakuan diuji dengan uji Tukey.
Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi
ransum, bobot badan akhir dan bobot karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan bungkil kelapa baik tanpa fermentasi (BKTF) maupun bungkil kelapa
hasil fermentasi dengan ragi tape (BKFRT) tidak berpengaruh terhadap konsumsi
ransum, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir dan bobot karkas, tetapi
berpengaruh terhadap konversi ransum. Penggunaan BKTF dan BKFRT pada taraf 20
persen meningkatkan konversi ransum. Hasil penelitian menyimpulkan penggunaan
bungkil kelapa dalam ransum ayam broiler, baik yang tidak difermentasi maupun
bungkil kelapa hasil fermentasi dengan ragi tape sebagai pengganti sebagian
ransum komersial hanya bisa dilakukan sampai taraf 10 persen. Fermentasi
terhadap bungkil kelapa dengan ragi tape tidak memberikan manfaat terhadap
performa ayam broiler.
Kata Kunci : Bungkil Kelapa, Fermentasi Ragi Tpe, Ayam Broiler
The study effect of using fermented copra
meal with ragi tape in ration to replace
commercial feed diets on broiler performance
Abstract
The objective of the research was to study effect of using fermented copra
meal with ragi tape in ration to replace of commercial feed diets on broiler
performance. One hundreds of broiler Lohman strain aged a week were randomly
assigned to five dietary treatments. The treatments were consisted of two levels
of copra meal without fermentation (BKTF) and two levels of copra meal with
fermentation of ragi tape (BKFRT) to replace of part of commercial feed diets
(RK) and one of dietary treatment was without copra meal as a control. They
were R0 = 100 percent of commercial feed diets as a control (RK); R1 = 10
percent of BKTF + 90 percent of RK; R2 = 20 percent of BKTF + 80 percent of RK;
R3 = 10 percent of BKFRT + 90 percent of RK; dan R4 = 20 percent of BKFRT + 80
percent of RK. The chicks were fed for
four weeks. At the end of experiment, two broilers from each units were
slaughtered to measure carcass weight. Data from completely randomized design
were subjected to ANOVA and different among treatments were further analyzed
using Tukey test. Parameters of the research were feed consumption, average
body weight gain, feed conversion, final body weight and carcass weight. The
result of the experiment showed that using of copra meal with or without
fermentation used ragi tape in broiler
diets to replace commercial feed diets were no significant effect on feed
consumption, average body weight gain, final body weight and carcass weight,
but they had signifacant effect on feed conversion. Using of copra meal in
broiler diets with or without fermentation of ragi tape (BKFRT and BKTF) at
level of 20 percent were increase feed conversion. The result concluded that
using copra meal in broiler diets with or without fermentation of ragi tape
could application at level of 10 percent to replace commercial feed diets, and
fermentation of copra meal used of ragi tape had no significant improvement on
broiler performance.
Key
Words :
Copra Meal, Yeast, Broiler Chicken
Pendahuluan
Salah sat
faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah faktor pakan,
disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan. Biaya pakan dalam suatu
usaha peternakan khususnya ayam broiler merupakan komponen terbesar dari total
biaya produksi yang harus dikeluarkan peternak selama proses produksi yaitu
sekitar 60 sampai 70 persen. Oleh karena itu agar usaha peternakan ayam broiler
dapat berhasil dengan baik, ayam dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal dengan
tingkat keuntungan yang maksimum, maka faktor pakan harus mendapat perhatian
yang cukup serius, terutama kualitas dan harga pakan.
Umumnya peternak ayam broiler menggunakan ransum komersial untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ayamnya, karena ransum komersial telah disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi standard kebutuhan zat makanan yang telah ditetapkan, dan ransum tersebut banyak tersedia di pasaran. Akan tetapi harga ransum komersial tersebut relatif mahal sehingga dapat mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh peternak, bahkan pada keadaan tertentu dapat menyebabkan kerugian karena biaya produksi jauh lebih besar dari penerimaan penjualan ayam. Hal inilah yang menyebabkan banyak usaha peternakan yang gulung tikar atau tutup karena selalu merugi. Salah satu usaha untuk menekan biaya pakan adalah dengan mengurangi penggunakan ransum komersial dan menggantikannya dengan bahan lain yang lebih murah tetapi kebutuhan zat makanan dalam ransum diusahakan dapat terpenuhi tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan. Salah satu bahan tersebut adalah bungkil kelapa.
Bungkil kelapa adalah salah satu bahan
pakan yang banyak digunakan dalam penyusunan ransum ayam broiler. Bungkil
kelapa mengandung protein kasar yang cukup tinggi yaitu sekitar 21 persen,
hampir sama dengan kandungan protein ransum komersial yaitu 21 – 23 persen,
sedangkan kandungan energi metabolisnya sebesar 2120 Kkal/kg (Wahju 1988).
Penggunaan bungkil kelapa dalam ransum ayam broiler relatif rendah yaitu hanya
5 sampai 15 persen dan yang umum digunakan sekitar 7 persen dalam ransum (Packham 1982). Hal ini disebabkan pada
bungkil kelapa terdapat ketidakseimbangan asam amino esensial yaitu
defisien asam amino metionin dan lisin,
dan kandungan serat kasar yang cukup tinggi yaitu sekitar 15 persen (Wahju
1988). Balasubramaniam (1976) melaporkan bahwa karbohidrat bukan pati (KBP)
atau non-starch polysaccharides (NSP) pada bungkil kelapa yang termasuk dalam
kelompok serat kasar terdiri dari 26 persen mannan, 61 persen galaktomannan dan
selulosa 13 persen. Ketidakseimbangan asam amino esensial dalam ransum akan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.
Salah satu usaha untuk
mengoptimalkan pemanfatan bungkil kelapa adalah dengan cara fermentasi dengan
ragi tape. Ragi tape adalah salah satu jenis mikroorganisme starter yang biasa
digunakan dalam pembuatan tape. Jenis mikroorganisme yang terdapat ragi tape
terdiri dari jenis kapang antara lain adalah Rhizofus orizae, R stolonifer, Aspergillus orizae, A niger, Mucor
cornoloides, M javanicus, M rouxii, M
dubois, Fusarium sp dan Amylomyces rouxii, dan dari jenis khamir antara
lain Sacharomyces cereviceae, candida
parapsilosis, C mycoderma, Hansenula suppeliculosa, H amonola, Endomycopsis
chodato dan E fibuinger (Saono 1974). Di dalam ragi tape yang banyak
berperan merubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan pakan menjadi gula
adalah A niger, sedangkan yang banyak
berperan mengubah gula menjadi alkohol adalah S cereviceae (Fardiaz 1992). S
cereviceae dilaporkan dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat
tinggi (Wallace dan Newbold l993).
Proses fermentasi dengan ragi tape dapat menyebabkan perubahan terhadap
komposisi kimia bahan seperti kandungan asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral akibat aktivitas dan perkembang-biakan mikroorganisme (Pederson
1971). Aktivitas mikroba ragi tape terjadi melalui beberapa mekanisme produksi
enzim hidrolitik seperti amilase, proteinase, pektinase, lipase yang
menyederhanakan polimer menjadi monomer yang lebih mudah diserap di dalam
saluran pencernaan (Fardiaz 1992; Aunstrup 1979). Hasil fermentasi dengan ragi
tape adalah senyawa atau bahan organik terlarut yang mudah diserap seperti asam
amino esensial dan disacharida (Higa dan Parr 1994)
[1] Staf
Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi
download full disini http://adf.ly/ucx8g
0 komentar:
Post a Comment