BAB.I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam
broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani untuk
pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Permintaan terhadap daging ayam semakin
bertambah seiring dengan peningkatan penghasilan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya asupan protein hewani. Ayam broiler memiliki siklus produksi lebih
singkat dibandingkan dengan unggas lain, karena mempunyai sifat genetik yang
semakin baik khususnya untuk sifat pertumbuhan. Keberhasilan peternakan ayam broiler
dipengaruhi oleh mutu genetik, lingkungan, dan interaksi antara genetik dengan
lingkungan.
Ayam
merupakan hewan homeotermi, artinya ayam memiliki kemampuan untuk
mempertahankan suhu tubuhnya tetap stabil walaupun suhu lingkungan
berubah-ubah. Pemeliharaan ayam broiler pada sistem kandang terbuka di daerah
tropis seringkali pada suhu yang lebih tinggi dari suhu optimal untuk
pertumbuhan. Suhu lingkungan yang tinggi dapat menganggu proses homeostatis dan
metabolisme. Kondisi ini menyebabkan ayam mengalami cekaman panas. Panting
merupakan salah satu respon tingkah laku ayam broiler akibat stres dari suhu
lingkungan yang panas pada mekanisme evaporasi melalui saluran pernafasan. Ayam
akan panting pada suhu lingkungan melebihi 29 oC atau ketika suhu tubuh ayam
mencapai 42 oC.
Pengaturan frekuensi
dan waktu pemberian pakan merupakan upaya untuk menanggulangi kondisi tersebut.
Frekuensi pemberian pakan pada pemeliharaan ayam broiler berumur satu hingga
dua minggu umumnya sebanyak 5-8 kali sehari. Frekuensi pemberian paka semakin
berkurang saat ayam broiler berumur di atas dua minggu, yaitu sebanyak 2-3 kali
pemberian per hari. Pemberian dilakukan pada 2 pagi, siang dan sore hari. Suhu
lingkungan pada pagi dan sore hari mendekati suhu optimal untuk pertumbuhan
ayam sehingga pemberian pakan pada waktu tersebut diharapkan menghasilkan
performa yang baik dan persentase download full disini http://adf.ly/uUU8O
0 komentar:
Post a Comment