Tinjauan Pustaka
Jumlah
darah didalam tubuh, sekurang-kurangnya adalah 7% dari berat badan dari segala
keseluruhan. Tekanan darah dapat diartikan sebagai tekanan terhadap dinding
pembuluh. Tekanan awal yang dihasilkan oleh konsentrasi ventrikel jantung dan
merupakan tekanan sistolik. Darah didorong masuk kedalam arteri besar yang
bersifat elastis, merenggangkan dindingnya dan karena dindingnya mengalami
dilatasi. Ketika ventrikel berada dalam keadaan relaks, tertutupnya katup-katup
semilunar mencegah baliknya darah dari arteri ke jantung dan ateriol-ateriol
kecil akan meneruskan aliran ke kapiler. Tekanan yang ditimbulkan oleh dinding
arteri yang elastis itu digunakan untuk mempertahankan tekanan (tekanan
diastolik) didalam arteri dan akan tetap mengalir darah dengan lancar kedalam
kapiler, pada saat ventrikel sedang relaks (Frandson,1993).
Faktor
yang mempertahankan tekanan darah antara lain kekuatan memompa jantung,
banyaknya darah yang beredar, viskositas (kekentalan) darah, elastisitas
pembuluh darah dan tahanan tepi (Evelyn, 1995). Menurut Poedjiadi (1994), diastole
jantung terjadi selama pengisian bilik, hal ini dapat terjadi pada kedua bilik
kanan dan kiri atau diastole ventricular kanan atau kiri. Sistole
menunjukkan kontraksi bilik jantung dalam proses pengosongan parsial bilik
tersebut. Sehingga terjadi sistole atrial kanan atau kiri maupun sistole
ventricular kanan atau kiri.
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang
digunakan pada praktikum pengukuran tekanan darah secara tidak langsung antara
lain spygnomanometer, stetoskop, arloji (stopwatch), dan probandus (manusia).
Metode
Manset spynomanometer dililitkan pada
lengan atas subyek di atas persendian siku. Manset dipasang lebih kurang
setinggi jantung. Lengan subyek yang diperikasa harus diletakkan dengan baik
dengan siku hampir lurus. Udara dipompakan ke dalam manset dampai kira-kira
180mmHg. Kemudian tekanan diturunkan perlahan-lahan, darah yang mengalir
melalui pembuluh darah yang terjepit dan dindingnya hampir tertutup itu akan
menimbulkan getaran-getaran pada dinding pembuluh, ini dapat terdengar melalui
stetoskop yang terpasang pada arteri abrasialis di daerah fosa antekubital.
Desiran-desiran mula-mula akan terdengar jika tekanan udara kantong manset
mulai lebih rendah dari tekanan sistole (desiran korotkoff). Pada waktu aliran
sudah menajdi kontinu, maka desiran terdengar dengan jelas dan sama sekali akan
hilang jika tekanan dalam amnset lebih kecil dari tekanan diastole, dengan cara
ini orang dapat membedakan tekanan sistole dan diastole.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel 6.3. Hasil Pengukuran Tekanan Darah
Probandus
Umur Jenis Kelamin Sistole (mmHg)
Diastole (mmHg)
|
Sujiyanto
18
Laki-laki
110
80
Dita
A.D
19
Perempuan
110
90
|
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
tekanan darah sistole probandus laki-laki berumur 19 tahun adalah 110 mmHg dan
diastole 80 mmHg. Tekanan darah sistole probandus perempuan berumur 19 tahun
adalah 110 mmHg dan diastole 90 mmHg. Tekanan darah normal manusia adalah 120
mmHg untuk sistole dan 80 mmHg untuk diastole.
Menurut Sherwood (2002), siklus jantung
terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastole
(relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol
dan diastole yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke
seluruh jantung, sedangkan relaksasi timbul satelah repolarisasi otot jantung.
Selama diastole ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan
diastole. Karena aliran darah masuk secara kontinu dari sistem vena ke dalam
atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik
tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah
mengalir mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama diastole
ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel perlahan-lahan meningkat bahkan sebelum
atrium berkontraksi.
Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA
mencapai ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium.
Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak
darah ke dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium.
Peningkatan tekanan ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dengan
peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel
oleh kontraksi atrium. Selama kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit
lebih tinggi daripada tekanan ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka.
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini,
kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai (Sherwood, 2002).
Menurut Sherwood (2002), volume darah
di ventrikel pada akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir (end
diastolic volume atau EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Selama siklus ini
tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan demikian, volume
diastolik akhir adalah jumlah darah maksimum yang akan dikandung ventrikel
selama siklus ini. Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV
dan sistem penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Secara simultan,
terjadi kontraksi atrium. Pada saat pengaktifan ventrikel terjadi, kontraksi
atrium telah selesai. Ketika kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel
segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan yang terbalik ini mendorong katup AV
ini menutup. Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV
telah tertutup,tekanan ventrikel harus terus meningkat sebelum tekanan tersebut
dapat melebihi tekanan aorta. Dengan demikian, terdapat periode waktu singkat
antara penutupan katup AV dan pembukaan katup aorta pada saat ventrikel menjadi
bilik tertutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk atau
keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai kontraksi
ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan panjang konstan).
Karena tidak ada darah yang masuk atau keluar ventrikel, volume bilik ventrikel
tetap dan panjang serat-serat otot juga tetap.
Selama periode kontraksi ventrikel
isovolumetrik, tekanan ventrikel terus meningkat karena volume tetap. Pada saat
tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta, katup aorta dipaksa membuka dan
darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta meningkat darah dipaksa berpindah
dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat daripada darah mengalir pembuluh-pembuluh
yang lebih kecil. Volume ventrikel berkurang secara drastis sewaktu darah
dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi
isovolumetrik dan fase ejeksi (penyemprotan) ventrikel. Ventrikel tidak
mengosongkan diri secara sempurna selam penyemprotan. Dalam keadaan normal
hanya sekitar separuh dari jumlah darah yang terkandung di dalam ventrikel pada
akhir diastol dipompa keluar selama sistol. Jumlah darah yang tersisa di
ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi usai disebut volume sistolik
akhir (end sistolik volume atau ESV), yang jumlah besarnya sekitar 65 ml. Ini
adalah jumlah darah paling sedikit yang terdapat di dalam ventrikel selama
siklus ini (Sherwood, 2002).
Jumlah darah yang dipompa keluar dari
setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal sebagai volume sekuncup (stroke
volume atau SV), SV setara dengan volume diastolik akhir dikurangi volume
sistolik akhir; dengan kata lain perbedaan antara volume darah di ventrikel
sebelum kontraksi dan setelah kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan
selama kontraksi. Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi,
tekanan ventrikel turun dibawah tekanan aorta dan katup aorta menutup.
Penutupan katup aorta menimbulkan gangguan atau takik pada kurva tekanan aorta yang
dikenal sebagai takik dikrotik (dikrotik notch). Tidak ada lagi darah yang
keluar dari ventrikel selama siklus ini karena katup aorta telah tertutup.
Namun katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari
daripada tekanan atrium. Dengan demikian semua katup sekali lagi tertutup dalam
waktu singkat yang disebut relaksasi ventrikel isovolumetrik. Panjang serat
otot dan volume bilik tidak berubah. Tidak ada darah yang masuk atau keluar
seiring dengan relaksasi ventrikel dan tekanan terus turun. Ketika tekanan
ventrikel turun dibawah tekanan atrium, katup AV membuka dan pengisian
ventrikel terjadi kembali. Diastol ventrikel mencakup periode ralaksasi
isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel (Sherwood, 2002).
Repolarisasi atrium dan depolarisasi
ventrikel terjadi secara bersamaan, sehingga atrium berada dalam diastol
sepanjang sistol ventrikel. Darah terus mengalir dari vena pulmonalis ke dalam
atrium kiri. Karena darah yang masuk ini terkumpul dalam atrium, tekanan atrium
terus meningkat. Ketika katup AV terbuka pada akhir sisi ventrikel, darah yang
terkumpul di atrium selama sistol ventrikel dengan cepat mengalir ke ventrikel.
Dengan demikian, mula-mula pengisian ventrikel berlangsung cepat karena
peningkatan tekanan atrium akibat penimbunan darah di atrium. Kemudian
pengisian ventrikel melambat karena darah yang tertimbun tersebut telah
disalurkan ke ventrikel, dan tekanan atrium mulai turun. Selama periode
penurunan pengisian ini, darah terus mengalir dari vena-vena pulmonalis ke dalam
atrium kiri dan melalui katup AV yang terbuka ke dalam ventrikel kiri. Selama
diastol ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian ventrikel berlangsung lambat,
nodus SA kembali mengeluarkan potensial aksi dan siklus jantung dimulai kembali
(Sherwood L, 2002).
Gambar 6.1.Siklus denyut jantung
Menurut Sherwood (2002), kelainan pada
sistem peredaran darah yaitu :
· Arteriosklerosis,
yaitu pengerasan pembuluh nadi karena endapan lemak berbentuk plak (kerak)
yaitu jaringan ikat berserat dan sel-sel otot polos yang di infiltrasi oleh
lipid (lemak).
· Ambolus, yaitu
tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang bergerak.
· Anemia atau
biasa disebut penyakit kurang darah, yaitu rendahnya kadar hemoglobin dalam
darah atau berkurangnya jumlah eritrosit dalam darah.
· Varises, yaitu
pelebaran pembuluh darah di betis.
· Trombus, yaitu
tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak.
· Hemofili, yaitu
kelainan darah yang menyebabkan darah sukar membeku (diturunkan secara
hereditas).
· Leukemia
(kanker darah), yaitu peningkatan jumlah eritrosit secara tidak terkendali.
· Erithroblastosis
fetalis, yaitu rusaknya eritrosit bayi/janin akibat aglutinasi dari antibodi
yang berasal dari ibu.
· Thalasemia,
yaitu anemia yang diakibatkan oleh rusaknya gen pembentuk hemoglobin yang
bersifat menurun.
· Hipertensi atau
tekanan darah tinggi terjadi akibat arteriosklerosis.
· Hemeroid
(ambeien), yaitu pelebaran pembuluh darah di sekitar dubur.
· Jantung
koroner, yaitu penyakit yang menyerang pembuluh darah dan bisa menyebabkan
serangan jantung. Hal ini diakibatkan oleh pembuluh arteri yang tersumbat
sehingga menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung.
Gambar 6.2. Sistem kardiovaskuler
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tekanan darah probandus dalam
kondisi normal, yaitu 110 mmHg pada sistole dan 80 mmHg pada diastole
(laki-laki), 110 mmHg pada sistole dan 90 mmHg pada diastole (perempuan),
karena tekanan darah normal pada kisaran 120 mmHg pada sistole dan 80 mmHg pada
diastole.
Daftar Pustaka
Evelyn,
C. Pearce. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Frandson,
R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi
Keempat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Poedjiadi,
Anna. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Sherwood L, 2002. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Ed 2. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Post a Comment