ACARA V
SACCUS PNEUMATICUS
Tinjauan Pustaka
Aves
merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau burung memiliki
ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves merupakan satu-satunya
kelompok hewan yang memiliki bulu. Salah
satu contoh dari aves tersebut adalah Columba livia. Columbia livia merupakan spesies hewan bertulang
belakang (vertebrata) dari kelas aves yang mempunyai bulu dan dapat terbang ( Soman et al., 2005).
Dilihat
secara keseluruhan bagian eksternal dari Columba livia memiliki
tubuh yang terdiri atas caput (kepala), cervix ( leher), truncus (badan), caudal (ekor), dan extrimitas (alat gerak).
Selain itu, Columba livia memiliki
bulu-bulu dengan bagian-bagiannya. Pada
bagian caput Columba livia ini memiliki paruh yang tidak
bergigi yang dibentuk oleh maxilla dan mandibula. Selain itu juga terdapat nares
(lubang hidung), cera, organon visus, dan porus acusticus externus. Nares
terdapat pada bagian lateral
rostrum bagian atas. Cera merupakan tonjolan kulit yang lemah
pada basis rostrum bagian atas. Organon visus dikelilingi oleh kulit
yang berwarna kuning kemerah-merahan, selain itu terdiri dari pupil dan
membrane nicyitan yang terdapat pada sudut medial mata. Porus acusticus
externus terletak disebelah dorsal-caudal mata dan membrane tympani
terdapat di sebelah dalamnya
berguna untuk menangkap getaran suara ( Radiopoetra
, 1995).
Sistema
respiratoria pada burung terdiri dari
lubang hidung, nares posterior (lubang pada palatum), glottis,
larynx, trakhea, pulmo dan syrinx (Duke’s, 1995). Menurut Fradson (1992), dua fungsi utama dari sistem
respirasi adalah untuk menyediakan O2 untuk darah dan mengambil CO2
dari dalam darah. Fungsi-fungsi yang bersifat sekunder meliputi membantu
dalam regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian
suhu, eliminasi air dan fonasi (pembentukan suara). Sistem respirasi terdiri
dari paru dan saluran-saluran yang memungkinkan atau meninggalkan paru-paru.
Saluran tersebut mencakup nostril (lubang hidung), rongga hidung, farynx,
larynx dan trachea.
Alat
pernapasan burung adalah paru-paru. Ukuran paru-paru relatif kecil dibandingkan
ukuran tubuh burung. Paru-paru burung terbentuk oleh bronkus primer, bronkus
sekunder dan pembuluh bronkiolus. Bronkus primer berhubungan dengan
mesobronkus. Mesobronkus merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang
menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan posterior, yang disebut
ventrobronkus dan darsobronkus. Ventrobronkus dan darsobronkus
dihubungkan oleh parabronkus (Pratiwi, 2007).
Paru-paru
pada burung mempunyai hubungan dengan kantong udara yang disebut saccus
pneumaticus, yaitu sebuah kantong yang berisi udara. Saccus Pneumaticus
terjadi karena perluasan atau dilatasi oleh selaput mukosa bronkus
(Radiopoetra, 1995). Menurut Kant
(2001), selain paru-paru, burung biasanya memiliki 4
pasang perluasan paru-paru yang disebut pundi-pundi hawa atau kantung udara (saccus
pneumaticus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.
Kantung-kantung udara ini terdapat pada pangkal leher (saccus cervicalis),
rongga dada (saccus thoracalis anterior dan posterior), antara tulang
selangka atau korakoid (saccus interclavicularis), ketiak (saccus
axillaris), dan di antara lipatan usus atau rongga perut (saccus
abdominalis). Kantung udara berhubungan dengan paru-paru, berselaput tipis,
tetapi tidak terjadi difusi udara pernapasan. Adanya kantung udara
mengakibatkan, pernapasan pada burung menjadi efisien.
Pernafasan pada burung
memiliki mekanisme yang dibedakan atas pernafasan pada waktu istirahat dan
pernafasan pada waktu terbang. Pernafasan pada waktu istirahat terdiri dari
fase inspiratio dan expiratio. Pada fase inspiratio, costac bergerak ke
arah cavum sehingga thoracalis membesar, pulmo mengembang dan
udara masuk kedalam pulmo. Pernafasan pada waktu terbang dipengaruhi oleh
fungsi saccus pneumaticus yang berupa saccus interclavicularis dan saccus
axillaris (Radiopetra, 1995).
Saccus pneumaticus merupakan suatu organ pada
ungags yang berfungsi untuk melindungi alat-alat dalam dengan rongga udara sehingga dapat bertahan pada
suhu yang dingin,
membantu pernafasan terutama pada saat burung sedang
terbang, mencegah hilangnya panas badan yang berlebihan, mempengaruhi berat jenis
badan dengan mengembang kempiskan saccus pada burung yang terbang serta
membantu memperkeras suara (syrinx) (Pratiwi, 2007).
Hipotesis lain yang
dapat diterima mengenai fungsi dari saccus pneumaticus adalah saccus pneumaticus dapat membantu dalam proses masuk dan
keluarnya udara ketika proses inspirasi dimulai. Terdapat tekanan yang serentak
terhadap udara agar masuk kedalam saccus cranial dan caudal,
itu berarti selama proses inspirasi udara mengalir kedalam semua saccus namun
tidak semua saccus diisi udara dari luar, selama tekanan uap
udara mengalir maka keluar kembali (Schmidt dan Nielsen, 1997).
Semua
saccus terisi oleh udara pada waktu inspirasi. Saccus thoracalis
posterior terisi udara yang banyak mengandung oksigen yang datang dari bronki
utama, sedangkan saccus thoracalis anterior terisi udara yang
sudah melewati kapiler dan paru-paru sehingga kandungan oksigennya rendah.
Udara dari saccus thoracalis anterior akan keluar dari
bronki utama pada saat respirasi dan udara dari saccus thoracalis
posterior akan melewati kapiler paru-paru. Setiap saccus pneumaticus
dihubungkan dengan paru-paru dan hubungan ini merupakan bagian spesifik dari
paru-paru aves. Jadi baik saat inspirasi maupun ekspirasi paru-paru aves
disuplai dengan udara yang segar, yaitu datang langsung dari bronki
(saat inspirasi) dan datang dari saccus thoracalis posterior (saat
ekspirasi) (Everelt and Olusonya, 1998).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat-alat
yang digunakan adalah penjepit, selang, suntikan, dan pinset untuk menunjukan
bagian-bagian saccus pada preparat burung merpati.
Bahan. Bahan yang
digunakan adalah preparat Columba livia.
Metode
Metode praktikum yang dilakukan adalah
dengan melihat secara langsung organ-organ respirasi (saccus pneumaticus)
yang dimiliki oleh burung merpati dan mekanisme pernafasannya, sehingga
praktikan dapat mengetahui letak, bentuk, fungsi dan mekanisme kerja dari
masing-masing saccus pneumaticus.
Hasil
dan pembahasan
Hasil
yang diperoleh dari praktikum acara saccus pneumaticus adalah dapat
diketahui berbagai macam bentuk, letak, dan fungsi saccus pneumaticus
terutama pada burung Columba livia. Sacuus yang diamati adalah saccus
cervicalis berjumlah sepasang dan terdapat dipangkal leher, saccus
interclavicularis berjumlah tunggal dan terdapat diantara coracoid dan
bercabang, saccus axillaris berjumlah sepasang dan terdapat pada pangkal
sayap, saccus thoracalis anterior berjumlah sepasang dan terdapat pada
rongga dada depan, saccus thoracalis posterior berjumlah sepasang terdapat
di rongga dada belakang, dan saccus abdominlis berjumlah sepasang dan
dikelilingi intestinum. Menurut Duke (985), saccus pneumaticus pada
itik, ayam, dan merpati memiliki sembilan bagian yang terdiri dari saccus
cervicallis (sepasang), saccus interclavicularis (tunggal), saccus
axillaris (sepasang), saccus thoracalis anterior (sepasang), saccus
thoracalis posterior (sepasang), saccus abdominlis (sepasang).
Fungsi
dari Saccus pneumaticus adalah untuk membantu pernapasan burung,
terutama pada saat terbang. Pernafasan burung mempunyai mekanisme yang berbeda
antara pernafasan waktu istirahat dan pernafasan pada waktu terbang. Pada waktu
istirahat terdiri dari fase inspratio dan expiratio. Pada waktu inspiratio
costae bergerak kearah cranio ventral sehingga cavum
thorax mengembang, pulmo membesar dan udara masuk ke pulmo. Inspirasi
membutuhkan intercostalis externus. Pada fase expiratio
costae kembali ke kedudukan semula. Otot yang bekerja yaitu intercostalis
internus, obliquus abdominis internus, m.rectus abdominis, tranversus abdominis (Soewasono, 2007). Pada
waktu terbang, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung-kantung udara.
Waktu sayap diangkat ke atas, kantung udara di ketiak mengembang, sedang
kantung udara di tulang korakoid terjepit, sehingga terjadi inspirasi (O2 pada
tempat itu masuk ke paru-paru). Bila sayap diturunkan, kantung udara di ketiak
terjepit, sedang kantung udara di tulang korakoid mengembang, sehingga terjadi
ekspirasi (O2 pada tempat itu keluar). Makin tinggi burung terbang, makin cepat
burung mengepakkan sayapnya untuk mendapatkan oksigen yang cukup banyak. Udara luar yang masuk, sebagian
kecil tetap berada di paru-paru, dan sebagian besar akan diteruskan ke kantung
udara sebagai udara cadangan. Udara pada kantung udara dimanfaatkan hanya pada
saat udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan
sayapnya. Menurut
Radiopoetra (1995), pernafasan pada burung memiliki mekanisme yang dibedakan
atas pernafasan pada waktu istirahat dan pernafasan pada waktu terbang.
Pernafasan pada waktu istirahat terdiri dari fase inspiratio dan expiratio.
Pada fase inspiratio, costac bergerak ke arah carnio ventral
cavum sehingga thoracalis membesar, pulmo mengembang dan udara masuk
ke dalam pulmo, sedangkan
pernafasan pada waktu terbang dipengaruhi oleh fungsi saccus Pneumaticus yang
berupa saccus interclavicularis dan saccus axillaris.
Fungsi
selanjutnya yaitu untuk melindungi alat-alat dalam dari berbagai macam
benturan, menjaga supaya kehilangan panas dari tubuh tidak berlebihan,
memperbesar atau
memperkecil berat jenis tubuh karena pada saat terbang saccus pneumaticus akan
mengembang, sehingga berat jenis akan menjadi ringan, dan fungsi yang terakhir
yaitu untuk memperbesar syrinx (memperkeras suara). Menurut Gibson
(2003), fungsi dari saccus
pneumaticus antara lain membantu alat pernapasan (menampung udara
pernapasan yang masuk pertama kali), mengatur pertukaran udara, mengatur suhu
tubuh atau thermoregulator (kenaikan suhu karena gerakan otot ketika
terbang), pendingin gonad (saccus abdominalis dekat dengan gonad),
membantu proses spermatogenesis, menghasilkan suara, dan mengurangi gravitasi
pada waktu terbang.

Gambar
5.1. Sistema respiratoria pada burung
(anonim, 2010)
Berdasarkan
gambar diatas, dapat diketahui sistema respiratoria pada burung dimulai
dari lubang hidung, nares pasteriores, glottis, larynx, trakhea,
pulmo dan syrinx. Menurut Duke’s (1995), sistema respiratoria pada
burung adalah lubang hidung, nares posterior (lubang pada palatum), glottis,
larynx, trakhea dan syrinx.
Systema
respiratoria menurut Everelt dan Olusonya (1998) aves terdiri dari Nares
anteriores – nares posteriors – larynx – trakhea – syrink- Bronkus – pulmo.
Nares
anteriores. Nares
anteriores atau
lubang hidung yang terletak dipangkal rostun bagian dorsal. Jumlahnya sepasang. Nares posteriores merupakan lubang pada palatum.
Larynx. Larynx terdiri dari tulang rawan, ada yang
membatasi dengan
suatu ruangan yang disebut glottis,
sedangkan larynx dihubungkan dengan mulut dengan celah perantara yang
disebut Rima Glottidis.
Trakhea. Trakhea berupa pipa ada cincing tulang rawan
yang disebut annulus trakhealis yang tesusun sepanjang trakhea kearah percabangan bifurcation
trakhealis yang memisahkan bronchus menjadi dua yaitu dexter dan
sinister.
Syrinx. Syrinx terdiri atas sepasang annulus
trachealis caudal dan sepasang annulus bronchialis cranial, terdapat pada bifurcatio tracheae,membatasi
ruangan yang agak melebar : tymphany. Dalam siring terdapat otot
sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi
untuk menimbulkan suara. Selain itu terdapat juga otot siringialis yang
menghubungkan siring dengan dinding trakhea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang
mudah bergetar. Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring
yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot siringalis.
Bronkus. Bronkus ekstrapulmonalis, bronkus
intrapulmonalis (bronkus primer,mesobronkus), bronkus sekunder, brokus tersier atau parabronkus. Parabronkus berupa tabung - tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler
sehingga memungkinkan udara berdifusi, vesikel udara (atria), kapiler
udara.
Pulmo. Pulmo Letak dari pulmo ini biasanya di
menempel pada
dinding dorsal thoak diantara costae, dan
dibungkus oleh selaput yang dinamakn pleura. Pulmo ini sepasang dan berbentuk
spons. Pada burung columbivia dan gallus pulmonya ini mempunyai hubungan dengan
kantong-kantong hawa yang disebut saccus pneumaticus (Everelt and
Olusonya, 1998).
Paru-paru
dan saccus pneumaticus tidak dapat dipisahkan pada sistem respirasi
burung. Hubungan paru-paru (pulmo) dengan saccus pneumaticus ada
4 macam yaitu inhalasi 1 adalah proses ketika udara (O2) masuk
langsung ke trakhea lalu ke paru-paru (pulmo) lalu masuk ke saccus
posterior dan terjadi proses Ekshalasi 1. Ekshalasi 1 adalah proses lanjut
dari inhalasi 1 yaitu dari saccus posterior menuju kembali ke pulmo.
Selanjutnya adalah inhalasi 2 yaitu dari pulmo ke anterior.
Terakhir adalah ekshalasi 2 yaitu dari anterior udara keluar menuju trakhea
lewat lubang hidung dan udara keluar. Menurut Everelt and Olusonya (1998),
Semua saccus terisi oleh udara pada waktu inspirasi. Saccus
thoracalis posterior terisi udara yang banyak mengandung oksigen yang
datang dari bronki utama, sedangkan saccus thoracalis anterior
terisi udara yang sudah melewati kapiler dan paru-paru sehingga kandungan
oksigennya rendah. Udara dari saccus thoracalis anterior
akan keluar dari bronki utama pada saat respirasi dan udara dari saccus thoracalis
posterior akan melewati kapiler paru-paru. Setiap saccus pneumaticus
dihubungkan dengan paru-paru dan hubungan ini merupakan bagian spesifik dari
paru-paru aves. Jadi baik saat inspirasi maupun ekspirasi paru-paru aves
disuplai dengan udara yang segar, yaitu datang langsung dari bronki
(saat inspirasi) dan datang dari saccus thoracalis posterior (saat
ekspirasi).
Tidak
semua hewan mempunya sistem pernafasan yang sama. Seperti yang diketahui bahwa
di alam ini hewan terbagi menjadi beberapa jenis, seperti aves, reptil,
amfibi, mamalia, dan lain-lain. Semua hewan ini mempunya sistem pernafasan yang
berbeda, berikut adalah alat pernafasan pada berbagai jenis hewan :
Reptile.
Reptile bernafas dengan paru-paru
udara masuk melalui hidung. Kemudian menuju batang
tenggorokan, lalu ke paru-paru. Didalam paru-paru oksigen di serap sedangkan
karbon dioksida dikeluarkan, reptile yang sering berkubang di air, misalnya
buaya, lubang hidungnya dapat ditutup sewaktu menyelam. Tujuannya agar air
tidak masuk ke dalam paru-paru. Contoh reptile adalah ular, buaya, kadal,
cecak dan biawak ( Soman, 2005).
Amfibi. Katak dapat hidup di dua alam yaitu
di darat dan di air. Oleh karena itu, katak disebut hewan amfibi. Tahap perkembangan katak dimulai
dari telur, berudu (hidup di air), katak muda dan katak dewasa (hidup di
darat). Berudu bernafas dengan tiga pasang insang luar yang terdapat di kepala
bagian belakang. Insang luar disebut terdiri dari lembaran-lembran kulit luar
yang halus dan mengandung kapiler darah. Setelah umur 9 hari, berudu bernafas
dengan insang dalam. Selanjunya berudu terus tumbuh menjadi katak muda.
Kemudian katak muda menjadi katak dewasa. Katak
dewasa bernafas dengan paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Di dalam paru-paru
terdapat banyak gelembung udara. Gelembung udara tersebut sangat tipis dan
berselaput, penuh dengan kapiler darah. Di dalam gelembung udara terjadi
pertukaran gas. Gas oksigen diserap, sedangkan karbon dioksida di keluarkan. Katak juga bernafas dengan kulit.
Oleh karena itu kulit katak selalu basah. Melalui kulit yang basah itu katak
mengikat oksigen
( Soman, 2005).
Pisces. Ikan bernafas dengan insang yang
berjumlah 4 pasang. Insang yang terletak di sebelah kanan dan kiri kepala.
Insang dilindungi oleh tutup insang. Saat mulut terbuka, air masuk ke rongga
mulut sementara tutup insang menutup, kemudian oksigen yang terkandung dalam
air di ikat oleh kapiler darah. Sebaliknya karbon dioksida dikeluarkan melalui
insang. Ikan memiliki gelembung renang.
Gelembung renang itu berguna untuk menyimpan oksigen dan mengatur gerak
naik-turun. Ikan yang hidup di tempt kurang air, misalnya lumpur mempunyai
lipatan-lipatan pada insang. Lipatan-lipatan itu di
sebut labirin. Labirun juga mempunyai cadangan oksigen, jenis ikan
yang biasa hidup di lumpur antara lain ikan betook,lele, gabus,dan gurami ( Soman,
2005).
Serangga. Serangga bernafas dengan Trakhea. Trakhea adalah pembulu –pembulu halus
yang bercabang yang memenuhi seluruh bagian tubuh serangga dan bermuara
pada stigma.stigma ialah lubang (corong) yang terletak di sisi tubuh bagian
kanan dan kiri. Stigma berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara. Oksigen
tidak diedarkan melalui darah, tetapi diedarkan melalui darah, tetapi diedarkan
oleh sistim trakhea.
Keluar dan masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot tubuh yang teratur.
Contoh serangga adalah nyamuik, belalang,lalat, rayap dan kupu-kupu. ( Soman,
2005).
Mamalia. Hewan yang termasuk hewan mamalia
adalah hewan yang menyusui anaknya. Contoh kucing,harimau ,sapi, kelinci tikus
dan lumba-lumba. Mamalia ada yang hidup di darat dan ada yang hidup di air. Alat pernafasan mamalia sama dengan
manusia. Mamalia bernafas dengan paru-paru. Mamalia air seperti paus dan
lumba-lumba, juga bernafas dengan paru-paru. Pada
paus dan lumba-lumba, udara ke luar dan masuk melalui lubang hidung khusus
terletak di atas kepala. Lubang itu akan membuka ketika mereka naik ke
permukaan air dan menutup ketika menyelam. Saat lubang hidung membuka paus dan
lumba-lumba menghembuskan udara lembab dan hangat dari paru-paru, kemudian
mengisi kembali dengan oksigen . Ketika
paus menghembuskan udara hangat dari paru-par. Tampak seperti berbentuk air
mencur di atas kepalanya. Sebenarnya air itu adalah udara hangat dari paru-paru
yang bertemu dengan udara lautan yang dingin. Peristiwa itu
disebut Kondensasi. Hal ini mirip saat kita bernafas pada saat udara
dingin. Tampak keluar asap (kabut ) ketika kita menghembuskan nafas melalui
hidung ( Soman, 2005).
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan pada acara saccus pneumaticus ini dapat disimpulkan bahwa saccus
pneumaticus pada Columba livia terdiri dari saccus cervicalis
yang terletak pada pangkal leher, saccus interclavicularis terletak
diantara curacoid, saccus axillaris terletak pada pangkal sayap, saccus
thoracalis posterior dan saccus thoracalis anterior masing –
masing terletak pada rongga dada bagian depan dan belakang, dan yang terakhir saccus
abdominalis yang dikelilingi oleh intestinum. Adapun mekanisme kerja
dari saccus pneumaticus yang selalu berkaitan dengan paru-paru karena
peran keduanya sangat penting. Saccus juga mempunyai fungsi, diantaranya
untuk membantu pernapasan pada burung terutama pada saat terbang, melindungi
alat-alat dalam, menjaga supaya kehilangan panas dalam tubuh tidak berlebihan,
membantu memperbesar atau memperkecil berat jenis tubuh dan memperbesar syrinx
(memperkeras suara).
Daftar Pustaka
Duke’s, H.N. 1995. The Physiology
of Domestic Animals. Comstock Publishing. Co.
New York.
Everelt, H.N and Olusonya, S. 1998. Anatomi
and Physiology of tropical Livestock. First
Edition. Logman. Singapore Publisher. Pte ltd. Singapore.
Fradson,
R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press.
Gibson, J. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern edisi 2.
Jakarta. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Kant,
G. C., R. K. Carr.2001. Comparative of the Anatomy Vertebrates Ninth
Edition. Mc Graw Hill Companies Inc.New York.
Pratiwi, D.A, dkk. 2007. Biologi. Jakarta. Erlangga.
Radiopoetra. 1995. Petunjuk
praktikum Zoologi. Fakultas Biologi Universitas
Gadjah mada Yogyakarta.
Soman,
Arya, Tyson L. Hedrick and Andrew A. Biewener. 2005. Regional Patterns of
Pectoralis.
Numpang komentar ya gan,
ReplyDeleteSaya ingin memberitahukan informasi mengenai tentang Ayam-ayaman.
Bagi para Botoh pemula yang ingin belajar cara ternak ayam, merawat ayam, menjadi ayam lebih kuat.
Anda Bisa Mengunjungi Artikel Sabung Ayam Dipersembahkan Oleh tajenonline.net
Menjelaskan Cara Mengatasi Dubur Ayam Keluar
https://tajenonline.net/menjelaskan-cara-mengatasi-dubur-ayam-keluar/
Anda Juga Bisa Melakukan Chatting Langsung Di Whatsapp Kami +62-8122-222-995
Terima Kasih Sudah Membaca Komentar Saya