.

.

laporan fister (Acara IV)

Written By Unknown on Monday, March 2, 2015 | Monday, March 02, 2015



ACARA IV
SISTEM DIGESTI

Tinjauan Pustaka
Hewan memakan suatu makanan mempunyai tujuan yaitu (1) untuk mendapatkan energi, memelihara kehidupannya, mempertahankan proses hidup, kontraksi alat dan berbagai proses lain. (2) sebagai material kasar untuk membangun dan mempertahankan sel serta metabolisme alat-alat tubuh. (3) untuk tumbuh dan bereproduksi. Semua zat yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang dimakan oleh seekor hewan tidak langsung dapat dimanfaatkan. Bahan makanan tersebut harus mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil agar dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh (Tillman, 1998).
Sistem digesti pada ternak secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu monogastrik dan poligastrik. Saluran pencernaan hewan monogastrik meliputi mulut, oesophagus, stomach (lambung), small intestinum, coecum, large intestinum, rectum, anus. Hewan poligastrik memiliki lambung dengan 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum (Swenson, 1997). Menurut Tilman (1998) hewan dapat dibedakan menjadi karnivora, herbivora dan omnivora berdasarkan jenis pakannya. Herbivora merupakan hewan pemakan tumbuhan, karnivora pemakan daging dan omnivora adalah pemakan segala.
Sistem pencernaan (tractus digestifus) terdiri atas suatu saluran muskulo membranosa yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukkan makanan, menggiling, mencerna, dan menyerap makan, serta mengeluarkan buangannya yang berwujud padat. Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam makan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakan sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme (Frandson, 1992).
Langkah-langkah dalam sistem meliputi mekanis, biologis, dan enzimatis. Secara mekanis dilakukan dengan prehension, reinsalivasi, dan remastikasi serta redeglutisi. Didalam rumen terdapat mikroflora rumen yang berfungsi untuk mencerna selulose dan hemiselulose menjadi VFH + CO2 + CH4 + energi panas. Fungsi lain dari organisme rumen adalah sebagai sumber energi, sumber asam amino, dan sintesis vitamin B. Terdapat pula kelenjar tambahan yang meliputi glandula saliva, pankreas dan hati (Tillman, 1998).
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia dan non ruminansia sangatlah berbeda. Ternak ruminansia mempunyai lambung sejati yang disebut abomasum dan mempunyai lambung yang membesar yang mempunyai tiga ruangan, yaitu rumen, retikulum, omasum (Tillman, 1998). Menurut Swenson (1997) rumen dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dorsal dan ventral. Bagian dorsal mempunyai lubang kedepan yang berhubungan dengan oesophagus dan retikulum. Bagian dorsal dan ventral dipisahkan oleh sekat cranial dan caudal yang merupakan ketinggian musculus yang kuat dari dinding rumen. Bagian ventral pada rumen mempunyai tonjolan-tonjolan yang disebut papila rumen. Retikulum terletak di belakang diafragma dan dihubungkan dengan omasum oleh lubang yang disebut orifium reticulo omasal. Dinding dalam omasum mempunyai bentuk lembaran-lembaran dengan panjang yang tidak sama. Abomasum merupakan perut kelenjar yang mempunyai bagian fundis (dinding berlipat-lipat) dan bagian antrum pyloric yang berotot.
   Perut pada hewan non ruminansia terletak persis di belakangan sisi kiri diafragma (Frandson, 1992). Unggas (non ruminansia) tidak memiliki gigi untuk mengunyah, tetapi memiliki lidah kaku yang dapat digunakan untuk menelan makanannya. Perut unggas mempunyai keistimewaan yaitu terdapat pencernaan mekanik yang dibantu oleh batu-batu kecil di gizzard (Swenson, 1997).
   Pola pencernaan pada unggas umumnya mengikuti sistem pencernaan pada non ruminansia. Akan tetapi unggas memiliki usus besar yang sedikit dibandingkan hewan non ruminansia. Di usus besar terjadi aktivitas jasad renik tetapi sangat rendah dibandingkan dengan ternak non ruminansia lain (Tillman, 1998).
   Organ pencernaan pada unggas mempunyai sistem yang khas dengan adanya crop atau tembolok yang merupakan pembesaran oesophagus. Crop berfungsi untuk menyimpan makanan sementara sebelum masuk ke proventriculus. Sistem pencernaan unggas juga memiliki bakteri aktif yang dapat menghasilkan asam organik yang berupa asam asetat dan asam laktat. Saluran pencernaan unggas terdiri dari mulut, oesophagus, crop, proventrikulus, gizzard, usus halus, coecum, usus besar, rectum, dan cloaca. Organ tambahan dalam pencernaan pada unggas adalah limpa, hati dan pankreas (Frandson, 1992).
   Kelinci memiliki sistem pencernaan yang amat rumit, dan mereka tidak dapat mencerna semua makanan dengan cara yang sama baiknya. Kelinci dewasa menyerap protein (sampai 90%) di usus halus mereka, namun tergantung pada sumbernya. Protein dari alfalfa, sebagai contohnya, tidak dapat dicerna oleh kelinci. Kelinci sangat sulit dalam hal mencerna selulosa (Fraga, 1990) hal. Daya cerna yang lemah terhadap serat dan kecepatan pencernaan kelinci untuk menyingkirkan semua partikel yang sulit dicerna menyebabkan kelinci membutuhkan jumlah makanan yang besar (Sakaguchi 1992).
Kuda merupakan ternak non ruminansia. Kuda memiliki kemampuan untuk memanfaatkan hijauan dalam jumlah yang cukup dengan proses fermentatif di bagian coecum. Saluran pencernaan kuda memiliki ciri khusus yaitu ukuran kapasitas saluran pencernaan bagian belakang lebih besar di bandingkan bagian belakang. Alat pencernaan adalah organ-organ yang langsung berhubungan dengan penerimaan, pencernaan bahan pakan dan pengeluaran sisa pencernaan atau metabolisme (Blakely, 1991).


Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum sistem digesti adalah mistar dan meteran sebagai alat ukur.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum sistem digesti adalah organ-organ dalam sistem pencernaan kambing, domba, dan ayam yang lengkap.

Metode
Sistem pencernaan pada domba/ kambing dan ayam diamati. Setiap organ pencernaan mulai dari mulut sampai anus atau cloaca diukur dengan mistar atau meteran. Bagian yang diukur adalah panjang dan lebar setiap organ. Hasil pengukuran ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan.



Hasil dan Pembahasan

Hasil
          Dari percobaan yang telah dilakukan dan berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:
Sistem digesti ruminansia (Kambing)
Tabel 4.1. Bagian-bagian dan ukuran organ digesti pada ruminansia.
Organ Pencernaan
Ukuran
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Oesophagus
Lambung :
  • Rumen
  • Retikulum
  • Omasum
  • Abomasum
Small Intestinum
Coecum
Large Intestinum
Rectum
Anus
31

30
10
9
22
1080
17
312
15
10
1,5

21
10
6
6
1
2,5
1,5
2
1,5

Sistem digesti unggas (Ayam)
Tabel 4.2. Bagian-bagian dan ukuran organ digesti pada unggas.
Organ Pencernaan
Ukuran
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Oesophagus
Crop
Proventrikulus
Gizzard
Small Intestinum
Coecum
  • Coecum kiri
  • Coecum kanan
Large Intestinum
Rectum
Cloaca
17
4
3,3
5,3
106,2

13,6
11,6
2,6
5
4
1,1
5
2,6
5
1

0,7
1
0,9
1,5
1,3


Pembahasan
Sistem digesti ruminansia
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat diketahui, bahwa  saluran pencernaan pada kambing adalah oesophagus dengan ukuran 31 cm, rumen 30 cm, reticulum 10 cm, omasum 9 cm, abomasum 22 cm, usus halus 1080 cm, coecum 17 cm, usus besar 312 cm, rectum 15 cm, dan anus 10 cm. Menurut Pound (1995), panjang small intestinum pada rumunansia kambing atau domba ialah 21 cm, panjang, panjang coecum 2 cm, panjang colon dan rectum 10 cm dan dengan panjang perut keseluruhan 67 cm. Berdasarkan perbandingan antara hasil pengukuran dan literatur diperoleh hasil yang kurang sesuai. Ukuran dari setiap bagian dari saluran pencernaan berbeda-beda itu disebabkan karena beberapa faktor diantaranya ialah organ-organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, umur ternak yang masih muda, penyambungan organ-organ pencernaan  tersebut sudah ada yang putus.
   Organ pertama dalam sistem pencernaan adalah mulut. Pencernaan yang terjadi didalam mulut adalah pencernaan secara mekanik yaitu dengan mengunyah makanan menjadi partikel yang lebih kecil dan mencampurnya dengan saliva agar mudah ditelan. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva dalam mulut, yaitu (1) kelenjar submaxillaris, (2) kelenjar parotis, dan (3) sublingualis (Kamal, 1994).
Frandson (1992) menyatakan bahwa mulut yang digunakan untuk menggiling makanan dan mencampurnya dengan saliva, tetapi juga dapat berperan dalam mekanisme prehensil dan juga sebagai defensif maupun ofensif. Peran rongga mulut serta struktur-struktur yang terkait meliputi prehensil, mastikasi, insalivasi dan pembentukan bolus.
Proses memakan diawali dengan prehensi atau gerakan mengantarkan makanan masuk kedalam mulut. Organ yang digunakan untuk prehensi pada setiap hewan berbeda-beda. Mastikasi (pengunyahan) akan mengikuti proses prehensi. Setiap hewan mempunyai jenis gigi, susunan dan kebiasaan mengunyah yang berbeda-beda. Pengunyahan dapat dilakukan/ dikontrol sesuai volunter, tetapi akan menjadi gerakan refleks jika ada makanan didalam mulut. Adanya makanan juga dapat merangsang keluarnya saliva. Saliva pada ruminansia berfungsi untuk mempertahankan konsistensi cairan dari isi rumen, membantu menetralkan asam-asam yang dibentuk oleh mikroorganisme dan dapat pula mencegah timbulnya buih (Frandson, 1992).
Makanan dari mulut akan masuk ke faring yang akan didorong ke dalam oesophagus melalui kontraksi otot-otot faringeal. Faring merupakan saluran umum sebagai saluran lewatnya udara maupun makanan, sedangkan oesophagus merupakan kelanjutan langsung dari faring yang berupa suatu saluran muskular yang merentang dari faring menuju ke kardia dan perut, persis pada posisi caudal dan diafragma. Dinding muskular oesophagus terdiri dari 2 lapis yang melintas miring, kemudian spiral, dan membentuk suatu lapis sirkuler dalam. Otot oesophagus pada ruminansia berupa otot serat lintang (Frandson, 1992).
Perut sejati pada ruminansia diawali oleh perut depan yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum. Rumen berupa suatu kantong muskular yang besar. Rumen terlentang dari diafragma menuju pelvis dan hampir menempati sisi kiri ruang abdominal. Rumen dibagi menjadi kantong-kantong oleh pilar-pilar muskuler (Frandson, 1992). Rumen berisi air sebanyak 85-93% dan sering terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah yang cair dengan partikel-partikel pakan yang larut dan bagian atas yang masih mengandung partikel kasar (Kamal, 1994).
Retikulum merupakan kompartemen perut yang paling kranial. Bagian dalam retikulum diselaputi membrana mukosa yang mengandung ‘intersekting ridge’ yang membagi permukaan retikulum seperti sarang lebah (Frandson, 1992). Rumen dan retikulum sering disebut fermentation vat karena didalamnya terdapat mikroorganisme yang dapat memecah selulosa dan hemiselulosa dalam keadaan anaerob menjadi VFH + CH4 + energi panas (Swenson, 1997).
Ruminansia melakukan proses ruminasi yang merupakan proses yang memungkinkan seekor hewan merumput, makan tepat, dan kemudian mengunyahnya. Proses ruminasi menyangkut regurgitasi, remastikasi, reinsalivasi dan redeglutisi. Regurgitasi merupakan proses kembalinya makanan kedalam mulut. Remastikasi atau penguyahan kembali berjalan lebih santai dibandingkan dengan penguyahan inisial. Reinsalivasi merupakan proses pencampuran kembali makanan dengan saliva. Bolus yang telah mengalami regurgitasi dan remastikasi akan ditelan kembali (redeglutisi) yang akan masuk kedalam rumen (Frandson, 1992). Proses regurgitasi diawali dari retikulum (Wiwi, 2006).
Omasum merupakan bagian saluran pencernaan yang berisi lamina-lamina yang dikelilingi oleh membran mukosa (Swenson, 1997). Omasum selalu hampir penuh dengan bahan hijauan yang agak kering. Abomasum merupakan perut sejati yang aktivitasnya tergantung sampai batas tertentu pada isi duodenum (Frandson, 1992).
Usus halus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan illeum. Duodenum merupakan bagian pertama usus halus. Duktus yang berasal dari pankreas dan hati masuk kebagian pertama dari duodenum. Jejunum dapat dipisahkan dengan duodenum. Akan tetapi antara jejunum dan illeum tidak mempunyai batas yang jelas. Persambungan illeum dengan usus besar adalah pada osteon illale (Frandson, 1992).
Usus besar terdiri atas cecum yang merupakan kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar, dan turun. Usus besar pada ruminansia terdiri atas coecum, kolon,dan rectum (Frandson, 1992). Rectum merupakan bagian dari usus besar yang mengembang dan menampung feses. Anus merupakan tempat keluarnya feses (Kamal, 1994).
Setiap organ mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel perbandingan sistem digesti pada ternak yang dinyatakan Pound (1995).




Tabel 4.3 Perbandingan kapasitas sistem digesti pada ternak
Hewan
Perut
 Usus kecil  
Coecum
Kolon dan Rectum
Intestinal:   Panjang Tubuh



Sapi
Kambing/Domba
Kuda  

90

    67
     9

18

21
    30

3

2
     16

8

10
        45

20:1

27:1
        12:1


                                                                                                (Pound, 1995)
Sistem digesti unggas
Berdasarkan hasil pengukuran pada organ pencernaan unggas diperoleh hasil sebagai berikut, oesophagus pada unggas memiliki panjang 17 cm dan lebar 1,1 cm, crop memiliki panjang 4 cm dan lebar 5 cm. Panjang dan lebar  proventrikulus pada unggas masing-masing adalah 3,3 cm dan 2,6 cm, Gizzard pada unggas memiliki panjang 5,3 cm dan lebar 5 cm. small Intestinum pada unggas memiliki panjang dan lebar masing-masing 106,2 cm dan 1 cm. Unggas memiliki dua coecum, yaitu bagian kiri dan bagian kanan. Coecum  kiri memiliki panjang 13,6 cm dan lebar 0,7 cm sedangkan coecum kanan memiliki panjang 11,6 cm dan lebar 1 cm. Large Intestinum pada unggas memiliki panjang 2,6 cm dan lebar 0,9 cm, panjang Rectum pada unggas ialah 5 cm dan lebar 1,5 cm. Cloaca unggas memiliki panjang dan lebar masing-masing 4 cm dan 1,3 cm. Menurut Swenson (1993), panjang seluruh organ pencernaan pada ayam ialah 85 cm dengan panjang crop 7,5 cm, proventrikulus 11,5 cm, small intestinum 61 cm, coecum 5 cm serta rectum dan cloaca 4 cm.
Berdasarkan perbandingan antara hasil pengukuran dan literatur diperoleh hasil yang kurang sesuai. Ukuran dari setiap bagian dari saluran pencernaan berbeda-beda itu disebabkan karena beberapa faktor diantaranya ialah organ-organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, umur ternak yang masih muda, penyambungan organ-organ pencernaan  tersebut sudah ada yang putus.
Sistem  digesti pada unggas diawali dengan mulut. Mulut unggas tidak mempunyai bibir, pipi, dan gigi. Makanan yang telah berada dalam mulut langsung ditelan masuk menuju tembolok. Tembolok merupakan pembesaran oesophagus. Makanan didalam crop disimpan sementara dan terjadinya pelunakan oleh bakteri (Kamal, 1994).
Proventrikulus merupakan lambung ayam yang didalamnya terdapat proses bercampurnya pakan dengan getah lambung. Pakan yang telah melewati proventrikulus kemudian masuk ke dalam gizzard. Gizzard menghancurkan pakan dengan kontraksi otot gizzard dan dengan bantuan grit (Kamal, 1994). Usus halus mempunyai gerakan peristaltik yang mendorong makanan menuju coecum dan rectum (Tillman, 1992).
Coecum merupakan usus buntu. Unggas memiliki dua buah coecum (Kamal, 1994). Usus besar unggas sangat pendek jika dibanding dengan yang lain. Terdapat aktivitas jasad renik dalam usus besar tetapi sangat rendah dibandingkan dengan hewan non ruminansia lain (Tillman, 1992). Ekskreta unggas dikeluarkan melalui cloaca.
Pengukuran yang diperoleh dalam mengukur organ pencernaan unggas tidak terlalu menyimpang. Berikut ini adalah tabel panjang pencernaan ayam menurut Swenson (1997).
Tabel 4.4 Panjang Saluran Pencernaan Pada Ayam
Organ Pencernaan
Pada umur 20 hari (cm)
Pada umur 1,5 th (cm)
Panjang seluruh saluran pencernaan
Crop
Proventrikulus
Duodenum (seluruh usus kecil)
Ileum dan Jejunum
Coecum
Rectum dan cloaca

85
                7,5
11,5
12

49
5
4

210
                 20
35
20

120
17,5
11,25
                                                                        (Swenson, 1993)
Kesimpulan

Kambing atau domba yang merupaka hewan poligastrik dan tergolong ruminansia melakukan ruminasi pada sitem pencernaannya. Sistem pencernaan pada poligastrik terdiri dari mulut, oesophagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, small intestinum, coecum, large intestinum, rectum, anus. Rumen, retikulum, dan omasum disebut sebagai perut depan, sedangkan abomasum disebut sebagai perut sejati.
Ayam (Unggas) merupakan monogastrik yang hanya memiliki satu bagian lambung. Urutan sistem digesti ayam (unggas) yang tergolong hewan monogastrik adalah mulut, oesophagsu, crop, proventrikulus, gizzard, small intestinum, coecum, large intestinum, rectum, dan cloaca. Cloaca merupakan lubang pada unggas dalam sistem pembuangan ekskreta, urin, sekaligus sistem reproduksi.


Daftar Pustaka

Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan edisi IV. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fraga, M. 1990. Effect of type of fibre on the rate of passage and on the contribution of soft feces to nutrient intake of finishing rabbits. Journal of Animal Science 69:1566-74.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Kamal, Muhammad. 1994. Nutrisi Ternak 1. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Pound, W.G. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. viii + 615 pp. Chichester: John Wiley & Sons (1995). £19.50 (paperback). ISBN 0 471 30864 1.

Sakaguchi, E. 1992. Fibre digestion and digesta retention from different physical forms of the feed in the rabbit. Comparative Biochemistry and Physiology 102A, no. 3: 559-63.

Swenson, M.J. 1997. Dukes Physiology of Domestic Animal. USA. Cornell University Press.

Tillman, A.D. Hartadi, Hari Reksohadiprojo, Soedomo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Share this article :

1 komentar:

  1. Numpang komentar ya gan,
    Saya ingin memberitahukan informasi mengenai tentang Ayam-ayaman.
    Bagi para Botoh pemula yang ingin belajar cara ternak ayam, merawat ayam, menjadi ayam lebih kuat.

    Anda Bisa Mengunjungi Artikel Sabung Ayam Dipersembahkan Oleh tajenonline.net

    Menjelaskan Cara Mengatasi Dubur Ayam Keluar
    https://tajenonline.net/menjelaskan-cara-mengatasi-dubur-ayam-keluar/

    Anda Juga Bisa Melakukan Chatting Langsung Di Whatsapp Kami +62-8122-222-995

    Terima Kasih Sudah Membaca Komentar Saya

    ReplyDelete



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kampus_peternakan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger