Jurnal Ilmu
Peternakan, Juni 2009, hal. 13 – 19
Vol. 4 No.1
ISSN 1907 – 2821
Kemampuan Konsumsi Ayam Pedaging Pada Ransum Komersiil Yang Disubstitusi Dengan Solid Kelapa Sawit Fermentasi
(The consumption ability of broiler chickens
on commercial ration substituted with fermented palm oil sludge)
Martha Kayadoe1) dan Hartini, S2)
1 dan 2)
Staf Pengajar Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak FPPK UNIPA
Jalan
Gunung Salju Manokwari 98314
2)
E-mail:
shartini2003@yahoo.com
ABSTRACT
An experiment was conducted to
study the ability of broilers to consume a diet substituted with palm oil
sludge fermented with Saccaharomyces cerevisiae. The research was carried out
in Faculty of Animal Husbandry, Fishery, and Marine Science, State University
of Papua, Manokwari and the Laboratory of BPPT, Bogor. The experiment was
conducted based on a completely randomized design using 80 broiler chickens at
3 weeks of age. They were assigned to 4 diets containing; 1). A commercial
ration (CR) without fermented palm oil sludge (SKSF) as a control diet, 2). 95%
CR + 5% SKSF, 3). 90% CR + 10% SKSF, and 4). 85% CR + 15% SKSF. Diets were fed
ad libitum for 3 weeks. Variables measured were nutrient content (protein,
crude fiber, energy) of the diets, feed consumption, protein, crude fiber and
energy consumption. Results showed that the substitution of CR with SKSF up to
15% had no effect on protein content, but already declined energy content of
the diets. Crude fiber content increased
as the level of SKSF increased, but energy content, feed and energy consumption
increased at substitution of CR with 10% SKSF. It is concluded that fermentation
using Saccharomyces cerevisiae on palm oil sludge may not effective in
increasing protein content, but effective in decreasing crude fibre content.
The experiment indicated that the consumption ability of broiler chickens
reached maximum at substitution of commercial ration with 10% SKSF.
Key words: Broiler, Fermented palm oil sludge, Feed consumption,
Commercial ration
PENDAHULUAN
Salah satu komoditas peternakan sumber protein hewani yang
dapat diandalkan adalah ternak unggas terutama ayam pedaging. Hal ini karena ayam pedaging mempunyai
pertumbuhan yang relatif lebih cepat dan konversi ransum yang lebih efisien
dibanding ternak yang lain. Selain itu
waktu pemeliharaan ayam pedaging juga cukup singkat, pada umur
6 minggu ayam pedaging sudah memungkinkan
untuk dijual yang berarti modal dapat kembali pada waktu yang relatif singkat
pula. Namun semuanya ini tentunya tidak
terlepas dari kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan.
Di Manokwari, harga ransum komersial dari
waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, dari harga per 50 kg Rp. 150.000,-
pada tahun 2004, melambung menjadi Rp. 300.000,- pada tahun 2008. Hal ini tentunya merupakan tantangan bagi
ahli nutrisi unggas maupun pakarpakar di
bidang perunggasan untuk terus berupaya mencari solusi pemecahannya.
Penggunaan bahan-bahan pakan inkonvensional
sebagai pengganti bahan pakan konvensional seperti kedelai atau jagung untuk
menyusun ransum unggas,
atau penggunaan bahan-bahan inkonvensional
sebagai bahan pakan substitusi merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh.
Solid/lumpur kelapa sawit, yang merupakan limbah
buangan dari pengolahan minyak kelapa sawit, mempunyai nilai gizi yang cukup
menjanjikan. Menurut Anila (1994), solid
kelapa sawit mempunyai kandungan protein kasar sekitar 11, 29 %, serat kasar
25,99% dan lemak
kasar 19,74%.
Bintang
dkk. (2003) mendapatkan bahwa lumpur
sawit fermentasi dapat digunakan sampai level 10% dalam ransum broiler dengan
lama penyimpanan sampai dengan 3 bulan.
Ternak unggas tidak seperti ternak ruminansia, mempunyai
kelemahan dalam mencerna ransum yang berserat kasar yang tinggi. Oleh karena itu untuk bahan pakan penyusun
ransum unggas yang berserat kasar tinggi perlu diolah terlebih dahulu untuk
meningkatkan nilai kecernaannya. Fermentasi merupakan salah satu proses
pengolahan menggunakan ragi/jamur yang banyak diterapkan oleh para ahli makanan
ternak untuk meningkatkan kualitas suatu bahan pakan. Hasil penelitian Purwadaria dkk. (1999)
mendapatkan bahwa fermentasi solid sawit dengan Aspergillus niger meningkatkan kandungan protein kasar dari 12,21%
menjadi 24,7%, dan menurunkan kandungan serat kasar dari 29,76% menjadi
18,6%. Proses fermentasi pada hasil
penyaringan limbah cair industri sawit secara signifikan menurunkan kandungan
serat kasar dan meningkatkan kandungan protein, asam amino dan energi metabolis
(Sinurat dkk., 2007).
Mikroba yang terdapat dalam ragi yang digunakan dalam
fermentasi antara lain Aspergillus niger,
Rhizopus sp.,
Jurnal Ilmu Peternakan
Trichoderma
sp., dan Saccharomyces cerevisiae. Sacharomyces
cerevisiae, mikroba yang terdapat
dalam ragi tape ini dilaporkan dapat mengubah serat kasar menjadi produk asam
lemak terbang (Wallace dan Newload, 1993 dalam Mariani, Suryani dan Bidura, 2001). Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan konsumsi ayam pedaging pada ransum komersial yang
disubstitusi dengan solid kelapa sawit yang sudah difermentasi.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Ternak, Fakultas
Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Papua,
Manokwari. Penelitian menggunakan
delapan puluh (80) ekor ayam pedaging strain SR 707 umur 3 minggu yang
dialokasikan pada 16 unit kandang untuk 4 perlakuan, sehingga didapatkan 4 ulangan
per perlakuan, dengan masing-masing ulangan 5 ekor ayam. Perlakuan jenis ransum yang diberikan adalah:
1. 100% ransum komersial, 2. 95% ransum komersial + 5% Solid Kelapa Sawit
Fermentasi (SKSF), 3. 90% ransum komersial + 10% SKSF, dan 4. 85% ransum
komersial + 15% SKSF. Solid kelapa sawit
yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari limbah buangan pengolahan
minyak kelapa sawit yang ada di PTPN II Distrik Prafi, Manokwari. Fermentasi solid kelapa sawit dilakukan
dengan menggunakan ragi tape yang mengandung mikroba Saccharomyces cerevisiae.
Proses fermentasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: tiga (3) kg
solid kelapa sawit (Berat Kering), download full http://adf.ly/ucvct
0 komentar:
Post a Comment